Sabtu, 02 Agustus 2008

Prolog: Memahami Keberuntungan Pemula

Jogja, 14 Februari 2002, 15.00 WIB. Waktu persiapannya sudah semakin mepet. Acara akan dimulai nanti malam, tepat jam 19.00. Siang ini saya masih harus bertemu beberapa klien: begitu banyaknya kerjaan, terlalu sedikitnya waktu. Tapi tim saya terus bekerja. Beberapa orang sedang menyiapkan set di lokasi, beberapa berfikir keras di kantor bagaimana bisa selesai me-render tepat waktu. Juga ada yang mondar-mandir memastikan segala sesuatu menyangkut event penting nanti malam berjalan lancar.

Ya, 2 minggu sebelumnya tim saya telah membombardir Jogja dengan iklan radio, poster, spanduk dan material promosi lainnya bahwa sebuah bom akan diledakkan hari ini. Bom itu bernama Blank! Magazine: sebuah majalah desain grafis pertama di Indonesia.

Dan, bummmm!

Launching malam itu berlangsung sangat dahsyat. Mengambil venue di Dixinet, acara dari jam 19.00 – 21.00 WIB itu ‘sukses’ memacetkan jalan Kotabaru. Lebih dari 500 audiens hadir menjadi saksi lahirnya Blank! magazine. Bahkan MC-nya berbincang-bincang secara virtual dengan MC animasi yang dirender 3 hari utuh. Terobosan kreatif yang luar biasa saat itu. Bahkan Kornchonk Chaos (band unik asli ISI Jogja) menggila, semua hadirin bergoyang.

Bahkan acara launching-nya begitu dramatis dengan General Manager Blank magazine ditampilkan di giant screen sedang diculik, didorong, dipukuli dan dihajar oleh orang-orang bertopeng: lambang status quo. Sang GM di atas kursi roda didorong ke atas panggung untuk memberikan speech dalam kondisi penuh luka dan dibalut perban karena sesuai skenario-nya untuk menggambarkan visi Blank! yang ingin memberdayakan orang-orang kreatif melalui sudut pandang visual yang ekstrem. To empower creative people trough extreme visual perspective.

Tepuk tangan yang panjang dan applaus yang meriah luar biasa mengiringi seremoni launching yang begitu membakar dan menyentuh hati. Sebuah pesta yang indah, yang keindahannya begitu tak terlupakan. Seluruh spirit yang meledak malam itu membuat semua orang terbangun.

Yang harus diingat, itu semua hanyalah start. Kemegahan malam itu hanyalah keberuntungan pemula. Setelah beroperasi selama kurang lebih 2 tahun (2002 – 2004), Blank! Magazine harus ditutup pada 3 Maret 2004, setelah merugi lebih dari 140 juta rupiah.

Saya sendiri yang membacakan surat keputusan penutupannya, membagikan gaji terakhir, bersalaman dengan seluruh staf yang mukanya mendung. Menyaksikan mereka pulang untuk tak datang lagi besok paginya. Saya sendiri yang menutup pintu, jendela, mematikan lampu seluruh ruangan: dengan pandangan kosong. Saya baru saja menguburkan sebuah impian yang dahsyat luar biasa. Sayapun menangis di sebuah ruangan yang dulunya bekas kantor, sendiri.

Teman-teman sekalian: selamat datang di dunia creativepreneurship.

2 komentar:

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

14 Februari 2002 saya adalah salah stu orang yang hadir menyaksikan sejarah baru (pada waktu itu) desain grafis di Yogyakarta, selain sebagai audience saya juga beraksi sebagai SPG ( Syarekat Pegawai Goyang ) dari grup musik KORNCHONK CHAOS yang turut meramaikan acara tersebut yang memuliki harapan akan langgengnya blank magazine. kenyataan berkata lain. meski begitu blank dengan segala suka dukanya adalah sebuah proses yang menjadi guru bagi banyak orang (khususnya saya)
so....tetap semangat!!!