Minggu, 31 Agustus 2008

Nongkrong di Best Seller


Foto ini saya ambil di Gramedia Plaza Ambarrukmo Jogja, 30 Agustus 2008. Buku Jualan Ide Segar yang awalnya nongkrong di segmen New Arrival sudah mulai merambah rak Best Seller. Hope trend seperti ini juga sedang terjadi di toko-toko buku di kota lainnya di seluruh Indonesia. Cetakan I sejumlah 5500 eks sudah tersebar merata termasuk yang saya lihat sendiri di toko buku Social Agency Jl. Kaliurang, Toko Gunung Agung di Senayan City, sudah ready di Malang (laporan dari teman), semoga sudah tidak ada yang kesulitan mencarinya lagi. Alhamdulillah sampai saat ini sinyal penjualan positif hasilnya. Kapan habisnya ya cetakan I? Yuk ditunggu bareng-bareng...

Kamis, 28 Agustus 2008

Buat yang di Jl. Kaliurang


Buat temen-temen di seputar Jl. Kaliurang Jogja, buku Jualan Ide Segar bisa didapatkan di Social Agency. Kebetulan kemarin pas mampir. Mariiii dipilih-dipilih....

Rabu, 27 Agustus 2008

Sebuah Kabar Dari Malang

Sebuah imel meluncur dari Malang menuju inbox saya. Sebuah kabar baik, sangat baik. Saya hanya ingin berbagi dengan Anda semua para pembaca weblog ini, silakan:

Begini Mas, 3 hari yang lalu dari hari ini saya jalan-jalan ke TB Gramedia, niat saya kesana mau cari buku "How Do They Think"-nya mosher. Pas saya search di sana,eeeh...Lha kok gak ada,saya putus asa deh... Trus saya balik jalan mau pulang-tapi masih muter stand buku-buku baru,saya lihat ada buku warna orange dengan jeruknya yang memikat itu sambil berjudul "Jualan Ide Segar"..

Tak banyak pertimbangan lalu saya angkat satu buah, saya baca cover depan dan belakangnya.. Lha kok ada fotonya sampeyan sama agak malu-malu gituw.. Lebih detail lagi saya baca samplenya.... Dan gak butuh waktu lama untuk membawa buku ini ke kasir. Trus langsung pulang dan merusak sampul plastiknya....dan kemudian saya buka lembar per lembar dengan nafas yang cepat!!!...hhh hhhh hhhh hhh

GWILAA MAZH!!!!..

Buku ini membuka wawasan saya! Mengedukasi saya! Sekaligus membakar semangat saya akan cita-cita saya!! Di sini saya tahu - kurang lebih - bagaimana kehidupan sebuah Creative Agency yang jadi mimpi saya selama ini!!!

Saya masih 21 tahun, mimpi saya 10 tahu ke depan pengen jadi kayak Mas Arief!!! Saya hanya lulusan D1 Desain Grafis di Malang, mau nglanjutin kuliah S1 tapi gak ada duit, terpaksa saya sekarang kerja jadi tukang setting serabutan di sebuah perusahaan digital printing yang baru 3 tahun memulai bisnis ini.

Tapi... setelah saya baca buku ini,Mas Arief sungguh sangat membakar semangat saya dan menyapu bersih satu hektar keminderan saya!!!!... Membuat saya lebih yakin akan apa yang jadi pilihan dan cita-cita saya untuk jadi BOS dari Creative Agency di kota Malang - yang masih kurang sekali respect-nya terhadap nilai suatu desain!!!!

Mas Arief juga menginspirasi saya bahwa kuliah itu bukan jaminan mutlak... (padahal tadi malam saya baru coba tanya-tanya sama teman saya,sekarang yang dibutuhkan korporat minim D3 atau S1 - sempat membuat saya minder dan putus asa).

Tapi saya yakin, ini adalah mukjizat Tuhan..yang telah memakai Mas Arief untuk membuat saya lebih bersemangat dan yakin untuk meraih impian saya!!!...

Trimz ya Mas!! udah banyak mentransfer energi-energi positif dalam diri saya!!!.. Oyah...saya dukung sepenuhnya mimpi Mas Arief jadi banyak duit kayak om Bill Gates!!! Ato jadi topik utamanya FORTUNE!!!..

Tapi jangan lupah sama saya kalo udah berduit banyak, yaa... Paling tidak kasih subsidi gitu lah...buat CA saya Hahahaha hahahah haha hakhkhkh!!$# Kalo kapan-kapan saya mau tanya-tanya ato minta saran dari Mas boleh kan?.. Gak bayar kan...?hehehehehhe...^,^ Skali lagiy trimakasih buwanyaaaghh lho Mas Arief!!!...

God Bless Mas Arief & Petakumpet sekeluarga!!! Amin.


Sabtu, 23 Agustus 2008

Dirga Primadian , Malang
massive1703@yahoo.co.id

Notes:
Email ini dimuat di sini atas seijin pengirimnya. Terima kasih Mas Dirga telah mau berbagi, tentu saja saya boleh dimintain saran sebanyak-banyaknya: saran itu gratis. Saya akan dengan bahagia men-support anak-anak muda yang bercita-cita tinggi. Dan ini juga berlaku buat Anda semua para pembaca website ini: Buku Jualan Ide Segar adalah upaya saya dan teman-teman Petakumpet untuk berbagi yang kita bisa. Dengan bergerak bersama ke masa depan, kesuksesan bukan lagi pilihan, tapi keniscayaan.

Minggu, 24 Agustus 2008

Ngapain Ikut Ajang Creative Award?

Mari kita mulai dengan pertanyaan sederhana tapi mendasar: mengapa kita mesti repot-repot ikut kompetisi kreatif iklan sementara tanpa itupun dapur telah ngebul?

Jawabnya bisa sederhana, bisa pula kompleks: tergantung kita melihatnya dari sudut sebelah mana.

Ada kecenderungan menarik di daerah yang mungkin berbeda sekali situasinya dengan di Jakarta. Mayoritas biro iklan daerah, masih hidup dengan hanya mengandalkan diskon pemasangan iklan di media. Apresiasi yang masih rendah di kalangan para pengguna jasa promosi dan periklanan juga menjadi barrier yang cukup tinggi bagi pengembangan kreativitas biro iklan. Menjadi pekerjaan rumah yang harus cepat dipecahkan.

Salah satunya adalah dengan mengadakan Kompetisi Kreatif baik lokal maupun nasional. Agar tercipta jaringan kerjasama yang kompetitif sekaligus sinergis di antara agency, karena kompetisi dan sekalihgus kebersamaan adalah kunci untuk mendapatkan kualitas yang lebih tinggi.

Kompetisi ini juga sangat penting untuk makin mendekatkan jarak kemampuan kreatif insan daerah dengan kakak-kakak kelasnya di Jakarta, terutama perusahaan periklanan multinasional yang memang telah cukup matang dan lebih siap infra strukturnya. Parameter standarisasi kreatif iklan daerah mulai ditegakkan, sehingga diharapkan grafik kualitasnya akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Kompetisi diperlukan agar setiap agency tertantang untuk selalu menjadi yang terbaik, daripada kompetitornya maupun dirinya sendiri di masa lalu. Kompetisi di tingkat yang lebih tinggi telah menghasilkan para juara di kelasnya masing-masing: Oscar, Cannes, Nobel, Pullitzer untuk menyebut beberapa puncak kompetisi tingkat dunia.

Kriteria Award

Dalam setiap kompetisi kreatif biasanya ada kriteria penilaian khusus yang berbeda dengan kompetisi kreatif lainnya. Tapi secara umum, unsur-unsur yang dinilai hamper sama, perbedaan utamanya seringkali pada bobot penilaian (dalam persentase) dari masing-masing unsur tersebut. Berikut penjelasannya:

- Potensial Ide
Yang dinilai adalah orisinalitas ide, kemungkinan untuk ide ini bisa dikembangkan ke level yang lebih tinggi serta kesesuaian ide ini dengan solusi atas client brief. Ide unik yang bisa menjawab paling tepat kebutuhan client brief tentu akan mendapatkan nilai tertinggi

- Kekuatan Komunikasi
Tanpa komunikasi, maka iklan tidak akan pernah berguna: sekreatif apapun bentuknya. Penilaian di sini lebih menyangkut aspek bahasa komunikasinya (visual, audio maupun teks) yang sesuai dengan target audiens yang dibidik.

- Craftmanship
Aspek ide dan kekuatan komunikasi akan dikombinasikan dengan kekuatan kreatif untuk mengeksekusi iklan tersebut secara perfect, sesuai konsep kreatif yang dibawa. Jadi teknik visualisasi kreatif seperti fotografi, ilustrasi, tipografi maupun komposisi memegang aspek yang sangat penting di sini. Detail craftsmanship yang terjaga akan membuat ide komunikasi iklan makin meningkat penetrasinya.

Scam Ad. di Awarding

Jika sebuah kompetisi kreatif telah berlangsung beberapa kali niscaya akan muncul sebuah kecenderungan dalam output list pemenangnya. Pemenang Pinasthika misalnya, memiliki nafas yang berbeda dengan pemenang Citra Pariwara atau Layang Kancana. Pemenang Adsfest ‘taste’nya berbeda dengan pemenang Cannes, New York Festival atau Clio.

Beberapa kecenderungan macam scam ad. (atau dihaluskan menjadi initiative ad.) sering mengisi kompetisi kreatif tidak saja di kelas gurem tapi juga yang telah berstandar internasional. Terlepas dari faktor etis nggak etisnya upaya tersebut, saya pribadi memandang perlu sebagai media pembelajaran bagi agency-agency pemula untuk memaksimalkan energi kreatifnya dalam iklan scam ad. tersebut, sebelum mereka mendapat real clients yang bersedia membayar dengan harga yang pantas atas ide-ide kreatif yang diciptakan.

Berkompetisi di Creative Award

Tantangan kompetisi yang lebih besar lagi tergelar di depan mata, meskipun kita masih terperangkap dalam keterbatasan kemampuan yang ada. Minder adalah alasan paling klasik bagi orang daerah sehingga bersembunyi di kolong tempat tidur, ogah naik ring karena takut kalah.


Memilih tidak mengikuti kompetisi iklan di tingkat yang lebih tinggi, mungkin akan membuat hidup kita di daerah jauh lebih tenang. Tak perlu repot-repot buka website untuk melacak perkembangan iklan terbaru, tak perlu mengirim staf ke seminar kreatif, tak perlu ikutan Creative Workshop, tak usah ke Thailand menghadiri Adfest atau bayar mahal-mahal nonton Clio Award. Yang penting bisnis itu untung, untung, untung. Tapi apakah kita puas hanya sampai di sini?

Sekedar untuk introspeksi: apakah tujuan kita bekerja dari pagi sampai sore – kadang ditambah lembur – itu karena passion untuk mendapatkan output kreatif terbaik ataukah sekedar untuk mendapatkan keuntungan (baca: uang) semata?


Saatnya keluar dari kolong tempat tidur. Untuk bercermin. Dan menyiapkan diri bertanding.

(Ditulis Ulang dari Bab 5 Buku Jualan Ide Segar)

Kamis, 21 Agustus 2008

Manajemen Mood

Kalau sedang mood, kita bisa seharian nongkrong di depan monitor, mengutak-atik desain dalam keasyikan. Dan hebatnya, mood yang bagus akan membuat output kreatif kita benar-benar bagus bahkan kadang lebih bagus dari yang diharapkan. Mood ini sangat diperlukan untuk menghasilkan karya yang di atas standar, yang bukan asal jadi. Tapi datangnya mood sering tidak terduga. Dalam situasi tertentu, mood bahkan menguap hilang selama berhari-hari meninggalkan kita dalam dalam kebuntuan ide.

Saya punya pengalaman buruk menyangkut manajemen mood. Saya pernah gagal mengisi rubrik Salvo di edisi 4 Blank! magazine (alm.) gara-gara ide yang macet meskipun telah nongkrong di depan komputer dan baca buku macem-macem, seminggu penuh. Saya tidak tahu harus diapakan seluruh bahan yang sudah terkumpul itu. Pada detik terakhir deadline, akhirnya saya menyerah dan rubrik tetap itupun sukses tergusur artikel yang lain.


Satu lagi ketika menyiapkan tulisan ini, lama sekali saya memikirkan tulisan yang pas sampai kemarin malam saya masih belum tahu mau nulis apaan. Apalagi mikirin ilustrasinya mau pake apa. Barulah menjelang deadline, saya dipaksa oleh kondisi waktu yang tinggal sedikit itu sedemikian rupa sehingga katup yang membuatnya buntu tiba-tiba jebol tanpa saya tahu bagaimana prosesnya. It’s just happened. Saya cuma tahu dari bukti otentiknya: tulisan ini bisa tersaji di hadapan Anda sekalian.

Nah, saya yakin mereka yang mengaku (atau tidak mengaku) dirinya kreatif pernah mengalami kebuntuan semacam itu, seperti pengarang yang kehilangan kata atau pelukis yang kehilangan imajinasi warna. Bagaimana mengatasinya?

Yang harus saya ingatkan sebelumnya adalah, mood tidak bisa didatangkan serta merta kapanpun ia dibutuhkan. Yang bisa kita lakukan adalah menciptakan kondisi-kondisi dimana mood itu mudah muncul untuk selanjutnya bisa menghidupkan élan kreativitas kita. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, diantaranya:

Menentukan Tujuan yang Jelas

Dalam memecahkan masalah, akan lebih simple jika kita memahami batasan-batasannya. Sehingga kita tidak berfikir terlalu luas. Kita bisa berfokus pada upaya problem solving jika tujuan yang akan kita capai jelas. Tujuan itu akan memandu otak kita secara sadar maupun tak sadar untuk mencari jalan keluar atas permasalahan yang kita hadapi. Ide atau solusi akan datang seperti sebuah cahaya yang menerobos lubang kecil dalam sebuah ruang yang gelap. “Eureka!” kata Archimedes.

Menyelesaikan Pekerjaan Sampai Tuntas

Penyakit yang bisa menimbulkan kebuntuan ide adalah kebiasaan menunda-menunda pekerjaan. Atau melaksanakannya setengah-setengah. Terutama jika ada beberapa pekerjaan yang sedang kita laksanakan bersamaan. Tanpa prioritas yang tepat, ini semua akan menjadi beban yang menghalangi otak berpikir jernih sehingga kebingungan mana yang harus diselesaikan lebih dahulu. Semakin banyak pekerjaan yang bisa kita tuntaskan sesuai sesuai jadual, semakin ringan beban otak kita dan mood-pun akan lebih sering muncul. Menunda pekerjaan, no way!

Menciptakan Atmosfir Kreatif

Penting juga untuk menciptakan suasana kerja dan lingkungan yang kondusif agar mood bisa sering datang. Atmosfir kreatif itu akan membuat fisik dan psikis kita menjadi nyaman dan tidak tertekan. Ada yang mengatakan bahwa ruang kerja yang berantakan menandakan seseorang itu kreatif. Saya tidak menyalahkan penilaian tersebut, asalkan penghuni ruangan itu tidak mengalami kesulitan ketika mencari ballpoint, macbook atau halaman buku tertentu akibat banyaknya barang lain yang berserakan.

Karena kebersihan dan kerapian tempat kerja akan sangat berguna untuk merangsang otak kita menata file informasi di dalamnya sehingga mudah diakses kapanpun kita butuhkan. Karena rapid an teratur, tempatnya jadi mudah dilacak. Analoginya hampir sama dengan harddisk yang sering di-defrag dengan yang tidak.

Berfikir Berbeda

Berhubungan dengan ruangan yang bersih dan tertata, tidak ada salahnya juga pada suatu ketika sengaja dibikin berantakan jika telah mulai menimbulkan kebosanan. Ruangan tersebut bisa ditata ulang dengan cara yang berbeda, untuk menumbuhkan tunas mood yang baru. Manusia kreatif adalah makhluk yang dinamis, yang tidak begitu nyaman dengan rutinitas yang itu-itu saja.

Sekali waktu, pergilah ke tempat yang belum pernah dikunjungi, saksikan film-film indie dari Afrika atau Italia (yang non Hollywood), duduk sendirian di tengah lapangan sepak bola, berbicara dengan orang asing, tidur di kamar mandi, avonturir dari kota ke kota lain tanpa bekal, dan lain sebagainya. Agak aneh mungkin buat orang kebanyakan, tapi hal-hal seperti ini akan menyegarkan otak kita dengan, serta melatihnya untuk melihat sesuatu dengan perspektif yang berbeda.

Saya menonton film Jerry Maguire-nya Tom Cruise sekitar sepuluh kali. Ada banyak adegan, perkataan atau ekspresi wajah unik yang terlewatkan ketika saya baru menontonnya pertama kali. Saya bisa menemukan ‘keindahan’ itu setelah menontonnya berkali-kali. Dan memikirkannya dengan cara yang berbeda.

Berani Gagal

Tidak semua gagasan kreatif bisa diwujudkan dengan baik. Kegagalan adalah hal yang manusiawi dan dapat menjadi pelajaran terbaik. Dibutuhkan toleransi yang cukup atas kegagalan sehingga kita bisa mencapai kesuksesan di kesempatan berikutnya. Kegagalan tidak menjadi persoalan yang besar, selama kita telah melaksanakan yang terbaik semampu kita.

Bill Gates (Chairman Microsoft Corp.) pernah mengatakan: When you’re failing, you’re forced to creative, to dig deep and think hard, night and day. Every company needs people who have been trough that, who have made mistakes and then made their mistakes as a great lesson to be better. Jika engkau gagal, engkau akan dipaksa untuk jadi kreatif, untuk menggali lebih dalam dan berfikir lebih keras, siang dan malam. Setiap perusahaan membutuhkan orang-orang yang pernah gagal, yang membuat kesalahan dan menggunakan kesalahannya itu sebagai pelajaran terbesar untuk jadi lebih baik.

Gimana? Udah dapet ide baru lagi? Belum? Kalo begitu coba dibaca lagi dari awal.. He he he :)

(Dikutip dari Bab 3 Buku Jualan Ide Segar)

Promo Versi Ide di Bandara


Rabu, 20 Agustus 2008

Promo Versi Ide di Sawah


Testimony Pembaca (Mbak Endah Astuti)


Gak nyesel beli buku ini (agak mahal seh) tapi isinya mantabb (dobel bb) maknyoss, top markotop lah menurut istilahnya pak bondan (wisata kuliner), bener-bener bisa jadi sumber inspirasi buat semangat berkarya, salut buat penulisnya M. Arief Budiman yang bener-bener sueger ide-idenya :)

Testimony dikutip dari sini

Senin, 18 Agustus 2008

Jualannya Nggak Nyata, Hasilnya Nyata

Apa yang dijual Microsoft? Apa yang dijual Ideo? Apa yang dijual Beatles? Apa yang dijual Iwan Fals? Apa yang dijual Slank? Apa yang dijual Garin Nugroho? Apa yang dijual Petakumpet?

Ya, ide. Microsoft menjual software yang menggerakkan lebih dari 80% hardware komputer – dalam berbagai bentuknya – di muka bumi. Ideo menjual ide kreatif sebagai solusi atas permasalahan perusahaan yang menjadi kliennya, dari alat pacu jantung, mouse komputer, kereta dorong sampai mainan anak-anak. Beatles menjual gayanya yang khas dan lagu-lagunya yang easy listening ke seluruh dunia. Iwan Fals menjual lagunya yang berpihak pada rakyat kecil dan perbaikan negeri ini. Slank-pun sama, grup band ini begitu unik, tidak mengikuti aturan, dengan lagu-lagu bernafas pemberontakan atas status quo khas anak muda. Dan Garin menjadi seniman film dengan cerita yang kuat, menyentuh dan penggarapan artistik yang luar biasa.

Lalu Petakumpet? Nah, ini yang akan dibahas di buku ini.

Tapi saya akan mulai dulu dengan satu hal penting yang mendasari aspek selanjutnya dari bisnis kreatif.

Sudut pandang manusia atas suatu hal – menurut Dawid J. Schwartz (The Magic of Thinking Big) – dibagi 2 hal: pandangan riil dan pandangan potensial. Pandangan riil adalah pandangan yang kita lihat lewat kedua mata kita. Jika di depan kita ada sebuah tanah seluas 1 hektar, maka tanah itulah yang terlihat. Semua orang akan melihatnya sama: karena semua orang menggunakan – hanya - matanya.

Tapi pandangan potensial adalah pandangan yang kita imajinasikan atas suatu kenyataan. Dan inilah pembeda terbesar dari seseorang yang sukses luar biasa dan yang suksesnya biasa-biasa saja. Pandangan potensial akan melompati ruang dan waktu. Seseorang bisa melihat lahan satu hektar sebagai tempat ideal untuk membangun perumahan mewah atau real estate. Yang lain melihatnya sebagai hamparan padi di sawah yang menghijau. Yang lain melihatnya sebagai laboratorium yang untuk eksperimen obat tingkat dunia. Yang lain melihatnya sebagai masjid yang dikunjungi berduyun-duyun jamaah setiap sholat Jumat. Seribu satu kemungkinan bisa terwujud hanya dari satu kenyataan yang sama.

Karunia Tuhan yang luar biasa bernama otak itulah yang menjadi modal dasar kesuksesan kita: kemampuannya tak terhingga untuk berimajinasi dan melambungkan impian yang luar biasa atas masa depan kita.

Membangun bisnis ide tak tergantung dari seberapa besar modal fisik yang kita miliki (uang, teknologi, tempat, dsb.) tapi pada kreativitas, keyakinan dan komitmen kita untuk melakukan apapun dalam mencapai kesuksesan. Bisnis ide adalah bisnis yang sangat murah, meskipun bukan bisnis yang paling mudah.

No, don’t worry! Tak ada hal yang begitu sulit sehingga tak bisa dilakukan. Kata iklannya Adidas: Impossible is nothing! Sebagai calon atau sudah jadi creativepreneur: jadikan ini sebagai keyakinan. Impossible is nothing!

Kita akan pelajari caranya bersama-sama.


(Dikutip dari Bab I Buku Jualan Ide Segar)

Atas kebaikan Pak Nukman Luthfie, artikel ini (dengan beberapa tambahan dari saya) dimuat di Kolom TDA www.tangandiatas.com, baca selengkapnya di sini

Sabtu, 16 Agustus 2008

Poster Promo di Gamedia Solo


Saat menghadiri wisuda adik saya di UMS, sempat mampir ke Gramedia Solo. Eh, ternyata ada poster promonya yang disiapin Galang Press. Bonus: senyum manis Lilik, kawan baik saya. He he he :)

Feedback Dari Beberapa Blog

Saat blog walking saya menemukan beberapa blog yang telah memberikan comment-nya pada buku Jualan Ide Segar. Sangat menarik, monggo silakan dibaca sendiri disini:
- Dari Mbak Endah di blognya
- Dari Mas David di blognya

Terima kasih buat Mbak Endah dan Mas David. Semoga akan semakin banyak yang memberikan feedback atas terbitnya buku ini. Tak harus yang baik-baik doang, kritik, masukan dan saranpun akan saya terima dengan hati berbunga.

Kamis, 14 Agustus 2008

Pendapat Orang Tentang Kita

Anda tidak berhutang apapun pada orang yang tidak percaya pada impian Anda, seliar apapun impian itu. Tanggung jawab terbesar justru untuk mewujudkan apa yang Anda percaya. Boleh saja siapapun mengatakan apapun yang bertentangan dengan keyakinan kita, itu hak mereka. Jangan dihalangi.

Hak kita adalah menjalani hidup sesuai dengan apa yang kita percaya, apa yang menjadi tujuan tertinggi hidup kita. Kita harus terus bertanya mengapa Tuhan menciptakan manusia seunik kita, bukan mengapa ada orang yang mengatakan ini itu tentang apa yang kita lakukan.

Kita tidak boleh kehilangan harapan. Para pengejar mimpi boleh kehilangan apapun, tapi tidak boleh kehilangan fokusnya memburu impian.

Beberapa orang mulai mengejek apa saja yang kita lakukan, dan biasanya jumlahnya semakin banyak. Itu karena mereka sehat logikanya. Sangat sehat: sehingga malah menafikan hadirnya keajaiban dari Yang Tak Terbatas. Apakah mereka salah? Tidak sama sekali: mereka benar karena memang pikirannya membenarkan itu.

Apakah Anda benar? Apakah saya benar? Tentu saja saya benar, menurut saya. Tapi saya tak punya waktu berdebat, saya tak punya waktu membuat press release bahwa saya benar, saya sibuk dengan mimpi saya. Jikapun orang seluruh dunia menganggap apa yang saya lakukan sia-sia dan tidak berarti: langkah saya takkan surut satu milipun.

Saya mencintai teman-teman saya yang hobinya menganggap saya aneh. Mungkin saja mereka benar, tapi apa untungnya jadi makhluk Tuhan jika tidak aneh alias biasa-biasa saja? Jika menyangkut satu keyakinan: kadang Anda hanya perlu percaya dan terus melangkah. Anda tidak bisa melarang siapapun mentertawai Anda. Tutup saja telinga dan teruslah melangkah.

Biarlah Tuhan yang akan menuntun jalan kita...


(Tulisan ini dikutip dari Bab 4 Buku Jualan Ide Segar)

Senin, 11 Agustus 2008

Sudah Nongkrong di Gramedia


Bersama Mas Kunto dari Galang Press


Nongkrong sebagai New Arrival di Gramedia Pandanaran Semarang


Finally! Setelah menunggu dengan harap-harap cemas, buku Jualan Ide Segar akhirnya sampai juga di titik penting untuk menyapa Anda semua.

Hari Senin, 11 Agustus kemarin saya dan Pak Sugeng (penulis buku Meraih Untung Dari Spanduk Sampai Outdoor) melakukan roadshow ke Semarang dalam Diskusi Buku dan Book Signing yang diadakan di Gramedia Pandanaran Semarang. Alhamdulillah yang hadir sangat merespon kelahiran buku ini dan segera tertantang untuk mengujinya dengan mempraktekkan kiat-kiat dan tips yang ada di dalamnya.

Kita juga sempat naik ke lantai 2 untuk melihat displaynya.. Dan wow.. Ada perasaan bahagia tak terlukiskan saat melihat tumpukan buku itu - pertama kalinya - di rak New Arrival dengan posisi yang sangat strategis dan mengundang orang untuk paling tidak melihatnya lebih dulu.

Terima kasih buat Mas Kunto, Mbak Sus, Mas Julius yang telah memungkinkan ini semua terjadi. Juga buat Pak Sugeng Aresta, teman diskusi buku saya yang luar biasa.

Jadi buat beberapa teman yang kemarin sempat sms saya menanyakan dimana menemukan buku ini, Insya Allah sudah terdistribusi dengan baik di seluruh toko buku Gramedia. Dalam seminggu ke depan semoga toko-toko buku yang lain segera menyusul untuk memajangnya juga. Saya menunggu feedback dari para pembaca sekalian, dari Anda semua sahabat dan teman-teman yang saya harapkan untuk memajukan dunia creativepreneurship di negeri ini. Terima kasih sebelumnya.

Sabtu, 09 Agustus 2008

Dari Mas Noor Arief


A. Noor Arief

Buku ini bukan saja sangat inspiratif sehingga membawa kita terbang mengawang-awang, namun sekaligus aplikatif, karena beberpa tips praktis menyelinap dalam beberapa bab yang menuntun pembaca bagaimana cara menunaikan hajat untuk segera mulai berbisnis khususnya di bidang kreatif.

Jumat, 08 Agustus 2008

Dari Mas Andi S. Boediman


Andi S. Boediman
Strategic Innovation Consultant

Saya bangga bisa bersanding sebagai rekan kerja dan sekaligus berkompetisi dengan Arief dari Petakumpet. Petakumpet adalah ekspresi dari kreativitas, tetapi kreativitas yang dibangun melalui usaha keras, proses dan eksplorasi yang konsisten. Buku ini berisi kiat membangun perusahaan periklanan yang punya visi menjadi pemain dunia.



Selasa, 05 Agustus 2008

Dari Book Launching


Berebut jeruk berhadiah buku baru

Para pemenang lomba rebutan jeruk

Bukan sebuah launching biasa...

Sepeda berkronjot berisi jeruk segar

Parkir dulu kronjotnya

Kenapa hadirin gelap-gelapan ya?

Daripada ngeri kegelapan, mending presentasi.

Ballroom Melia Purosani Hotel, 2 Agustus 2008. Tepat jam 15.00 WIB saat moderator mengakhiri sesi tanya jawab seminar Pinasthika yang melibatkan 2 pembicara: Ayuman Achyadi (Carat) dan Janoe Arijanto (Dentsu).

MC mengumumkan lampu ruang semniar akan segera dimatikan karena selanjutnya adalah launching Buku Jualan Ide Segar-nya Arief Budiman. Memang seperti itu skenarionya: hanya ada penerangan dari giant screen kanan dan kiri yang bertuliskan: Bukan sebuah launching biasa.

Dan... petttt! Tak disangka-sangka, lampu padam semuanya. Hadirin tenang saja mengira ini bagian dari skenario. Tapi ini beneran! Listriknya mati beneran! Dan panitia ribut mencari sumbernya. MC segera mengambil alih dan meminta break sebentar untuk coffee break. Lha, lalu dimana penulis buku ini? Dia nampak tenang senyam senyum sambil naik di sadel sepeda bergaya bak penjual jeruk beneran.

Tuhan nampaknya sedang menguji. Dalam bukunya, Arief menuliskan tips bagaimana prsentasi di depan 100 orang tetap dahsyat ketika tiba-tiba listrik mati, LCD proyektor mati dan mikrofon mati. Dan kini yang seperti itu terjadi: pas di launching bukunya! So, dia hanya menunggu sambil berfikir caranya presentasi - sekali lagi - di tengah kegelapan.

Tapi 10 menit kemudian, listrik bisa tersambung kembali. Tak jadi bikin dark presentation: kembali ke skenario awal. Dengan diterangi follow spot, sepeda dengan keronjot berisi buah jeruk segar itupun dikayuh melewati peserta seminar yang keheranan melihat sepeda bisa masuk hotel. Dan berhenti tepat di depan ring tinju: sang penulis pun memulai presentasinya.

Presentasi berlangsung dalam nuansa temaram, dengan 2 giant screen di kanan kiri berisi materi dan screen utama kamera yang mengarah ke presenter. Trik presentasi dalam gelap harus ditempuh karena ada masalah mengenai ketajaman di LCD proyektor: supaya gambar bisa dipancarkan lebih tajam. Kurang lebih 30 menit presentasi berlangsung seru, diselingi tawa hadirin saat lelucon meledak atau keheningan saat moment tertentu mengubah kata-kata menjadi mistis.

Ada 5 buku yang dibagikan gratis. Yang pertama diperoleh seorang wanita yang bertanya pertama kali, keberaniannya berarti satu buku gratis. Buku kedua dibeli peserta yang lain seharga 20 ribu, dimana uangnya pun diberikannya ke penonton yang lain. 3 buku lainnya didapat dengan memilih 3 diantara 75-an buah jeruk dengan tanda khusus, audienspun berebut.

Jerukpun habis diserbu. Sang penulis mengambil sepedanya untuk pergi meninggalkan audiens yang masih terpaku. Datangnya bersepeda, pulangnyapun bersepeda. Ternyata memang harus, karena sepedanya pinjaman.

Demikianlah sebuah launching buku yang diharap mampu memberikan suntikan kreativitas baru. Bukan launching yang gegap gempita dan besar budgetnya. Ini hanyalah launching buku - yang dengan kreativitas - bisa menjadi lebih dari sekedar biasa.

Kreatif atau Mati!


M. Reza Tarmizi
President Director
PT. Petakumpet Creative Network

“Cogito ergo sum,” kata Rene Descartes. “Aku berpikir, maka aku ada.”
Keragu-raguan filsuf rasionalis (1596-1650), itulah yang diyakini banyak orang telah melahirkan ilmu pengetahuan. Bagi Petakumpet, ungkapan Descartes bisa menjadi “Semua berawal dari ide.” Tanpa ide, hidup menjadi hambar, dunia tanpa masa depan.
Orang-orang besar – dari Napoleon Bonaparte sampai Bung Karno – selalu mempunyai ide-ide besar. Bangsa-bangsa yang hebat – dari Britania Raya sampai Amerika Serikat dan Rusia – selalu dibangun di atas landasan ide-ide yang hebat. Ide mungkin bukan segalanya, tapi tanpa ide segalanya menjadi tidak berarti apa-apa.
Ide itu kreativitas!
Nggak percaya? Coba kembangkan ide tanpa kreativitas, pasti hasilnya nol besar! Ide itu bahan baku, kreativitas itu cara memasak! Maka, tanpa kreativitas, ide menjadi sekadar bahan baku yang mati. Ide dan kreativitas mirip dua sisi dari mata uang yang sama. Dibolak-balik, ya namanya tetap saja mata uang. Plato menyebutnya “dunia ide,” dan “dunia ide” itu akan bermanfaat bagi kehidupan kalau sudah berinteraksi dan bersinergi dengan dunia nyata; dunia yang dihadapi manusia sehari-hari.

***

Nah! Bisnis adalah dunia nyata. Banyak orang yang mengira bisnis tidak ada kaitan langsung dengan “dunia ide.” Sudah pasti, pandangan itu keliru! Petakumpet adalah bukti bersinerginya antara ide, kreativitas, dan dunia nyata. Namanya: bisnis ide!

Sinergi itu juga menjawab tantangan marketing 3.0, marketing era budaya dan kreativitas. Itulah kredo yang patut dicamkan dan dikembangkan masyarakat marketing dan advertising sampai tahun 2025.

Meminjam istilah Jack Trout “differentiate or die,” maka kredo marketing-advertising masa kini adalah: “Creative or die!” Tinggal pilih, mau kreatif – untuk kemudian berkembang maju – atau mau mati! Sederhana ‘kan?

Petakumpet menjawab tantangan itu bukan dengan pernyataan, wacana, apalagi omong kosong. Jawaban itu bernama bisnis ide; bisnis yang menggunakan ide dan kreativitas sebagai komoditas utama.

Bisnis ide, tentu tidak sekadar menjual produk atau servis. Lebih dari itu, menjual ide dan kreativitas. Intangible banget ya? Pasti! Karena dunia masa kini memang makin intangible. Makin maya, makin tak teraba.

Hanya orang-orang yang mampu merengkuh yang maya dan tak teraba itulah yang bisa muncul sebagai pemenang di era persaingan yang makin bengis sekarang ini.

***

Buku berjudul “Jualan Ide Segar" ini benar-benar segar. Lebih segar lagi, karena dibumbui “membangun ide miliaran rupiah tanpa modal.” Meminjam istilah kulinernya Bondan Winarno, ide yang segar itu pokoké mak nyus! Top markotob!

Kesegaran ide dan kreativitas itu sumber dari segala sumber entrepreneurship, creativepreneurship, dan preneurship-preneurship yang lain. Tanpa ide dan kreativitas, seratus persen mustahil preneur-preneur itu bisa terwujud. Kata orang-orang yang mengerti manajemen, seorang entrepreneur harus berpikir di luar kotak (think out of the box). Nah, buku ini mengajari cara-cara think out of the box itu.

Jadi, bagi Anda yang tidak ingin maju dan suka bermalas-malas, saya sarankan jangan sekali-kali membaca buku ini. Buku ini khusus bagi orang-orang yang kreatif – atau setidak-tidaknya ingin kreatif –, orang-orang yang memiliki semangat perubahan (the spirit of change). Buku ini racun bagi orang yang malas berpikir, tapi madu bagi orang yang gemar olah pikir dan pantang pikun.

Dalam perspektif Descartes, orang-orang yang malas berpikir adalah orang-orang yang hidup antara ada dan tiada; ‘’hidup enggan, mati tak mau.’’ Maka, berpikirlah agar Anda tetap ada! Resep mujarabnya?

Ya baca buku ini!

Senin, 04 Agustus 2008

Komunitas Petakumpet 1994


Demo Komik Raksasa di Ancol (19 Triplek booo')

Persiapan FKY (tahunnya lupa, kuno banget soalnya)

Bikin spanduk manual di Studio Petakumpet, 1995

Reuni maen bola plastik, lihat yang pegang bola.. Ganteng kan?

Proyek Waisak di Sidoarum: bikin candi teknik cat tembok

Di kampus, pengangguran nunggu dosen dateng


Kalo-kalo ada yang pengin tahu dulu jaman riwayat bentuknya kayak apa... Wakakakaa...akkk :)

Minggu, 03 Agustus 2008

Dari Mas Danton



Buku ini benar-benar muntahan mimpi-mimpi, gagasan-gagasan kreatif dan kegelisahan yang tak terbendung lagi. Catatan terpenting dari buku ini adalah bagaimana membangun pijakan yang kuat, setia kepada visi yang dicanangkan serta bertindak secara nyata.

Danton Sihombing, MFA.
Founder
Inkara Design

Dari Guru Saya Pak Prie


Dr. Priyanto S.
Dosen Senior Deskomvis ITB / Karikaturis Majalah Tempo
Rasanya baru kemarin saya dengan Pak Umar Hadi (Pengajar DKV ISI) kesasar-sasar cari studio Petakumpet tahun 2002, di Gedungkiwo. Tapi begitu ketemu, sebagian stafnya malah ngumpet, takut jumpa Pak Dosen ISI karena belum beres kuliah.

Di situ kami disambut senyum lebar Mas Arief, sang boss yang sedang naik daun. Waktu itu keluhan beliau, dengan nama “Petakumpet” sulit dapat kepercayaan untuk kredit bank. Dalam enam tahun ternyata mitos tukang ngumpet sirna, terbukti dengan meningkatnya perusahaan ini dari tingkat UKM (Usaha Kecil Menengah) jadi Usaha Kelas Milyar-milyaran.

Secara jujur dan blak-blakan buku ini membeberkan kiat yang dapur banget pahit getir dan sukses Arief Budiman dan Petakumpetnya. Buku ini bagus untuk dibaca teman-teman yang akan maupun sedang meniti karir di bisnis kreatif. Berbagai hal dikupas habis: olah kreatif, sistem manajemen, kiat iklan, branding dan banyak lagi.

Mas Arief, trims mau berbagi pengalaman buat kita semua. Semoga manfaat bagi orang banyak, amiiin!

Ide Itu Milik Semua Orang




Budiman Hakim
Executive Creative Director MACS 909
Penulis Buku Terlaris Lanturan Tapi Relevan & Ngobrolin Iklan Yuk!

Janganlah mencurigai bahwa Arief Budiman sedang berpromosi tentang dirinya atau lagi jual kecap tentang Petakumpetnya. Dari namanya saja kita tau bahwa pengarang buku ini adalah seorang yang Arief dan Budiman. Dan sebagai penyandang nama yang sama, Budiman, saya yakin sekali bahwa apa yang disampaikannya dalam buku ini adalah sesuatu keinginan berbagi yang tulus kepada kita semua yang tertarik pada dunia advertising dengan segala seluk beluknya.

Menggunakan pengalaman sendiri sebagai ilustrasi adalah cara yang paling jujur dan bisa dipercaya. Karena pengarang menjalani sendiri semua perjalanan usahanya bersama Petakumpet hingga sukses seperti sekarang ini. Saya pun setiap kali mengadakan seminar atau workshop hampir selalu menampilkan contoh-contoh yang dibuat oleh perusahaan saya. Kenapa? Karena saya sangat mengerti secara detil pembuatan iklan itu, dari brief, strategi sampai proses penggalian ide dan akhirnya tayang di media. Coba kalau saya memakai contoh iklan yang dibuat oleh Ogilvy Mumbai? Apakah saya berani bercerita bagaimana proses idenya terlahir? Sok tau banget kan?

Buku ini seharusnya menyadarkan pembacanya bahwa Tuhan itu maha adil. Ide tidak hanya Dia berikan pada orang-orang pintar, tidak hanya dikasih ke para sarjana, tidak hanya ditawarkan ke orang kaya. Semua orang diberkahi oleh Tuhan dengan ide. Persoalannya adalah bagaimana kita membuat diri cukup peka untuk melihat ide itu. Kemampuan itulah yang harus selalu kita asah. Setelah ide itu diperoleh, kita perlu memikirkan bagaimana meramu ide itu sesuai dengan keinginan klien kemudian menjualnya dengan mahal. Kalau kita cukup peka? Wah bersiap-siaplah menjadi orang kaya.

Seorang teman saya pernah berkata ‘Einstein yang jenius itu ternyata belum menggunakan separuh dari kemampuan otaknya.’ Nah loh? Kalau Einstein aja baru segitu, baru berapa persenkah kita memanfaatkan otak kita?

Arief Budiman telah memaparkan pengalamannya di buku ini. Banyak yang telah diperolehnya tapi lebih banyak lagi yang masih dikejarnya. Orang pintar sering mengatakan ‘Belajarlah dari pengalaman’. Sementara orang cerdas selalu mempercayai ‘Belajarlah dari pengalaman orang lain.’

Dan kesempatan itu sudah terbuka bukan?


(Image Om BUd minjem dari http://www.macs909.com/mac909site/master.html)

Dari Om Hermawan Tanzil


Buku Jualan Ide Segar akan menyegarkan dunia kreatif kita yang saat ini sangat-sangat butuh ide-ide segar dari seorang graphic designer yang mempunyai karakter atau pesonality nakal, kreatif dan humanis.

Hermawan Tanzil
Founder Le Bo Ye Graphic Design

Buku Jualan Ide Segar







Pengantar Buku Jualan Ide Segar

Membangun Bisnis Ide Miliaran Rupiah Tanpa Modal

Setelah menelan bulat-bulat waktu pengerjaan hampir satu tahun, setelah melewati perjalanan berat atas nama komitmen untuk berbagi dan membuat dunia ini menjadi tempat yang sedikit lebih baik: inilah persembahan kecil saya buat Anda semua.

Buat sobat-sobat saya para entrepreneur, para calon entrepreneur, para creativepreneur, para calon creativepreneur maupun Anda yang belum tahu kelak pengin jadi apa.

Inilah sebuah catatan tentang proses membangun bisnis berbasis kreativitas yang berwujud serpihan ide dari tumpukan berkas data order, pengapnya ruang tanpa AC, kopi yang ngepul di pagi hari, inspired-nya nongkrong di toilet maupun nyamannya hembus sejuk angin gunung. Inilah potret gagasan terbaik yang mengalir dari sudut-sudut kantor, dari setiap frame foto, setiap detail goresan kuas di kanvas, setiap byte file desain, setiap lembar lay out dan final artwork.

Inilah rekaman perjalanan atas apa yang telah berhasil dan apa yang belum dari sebuah perusahaan kecil yang bercita-cita raksasa. Ini adalah uang muka kecil-kecilan atas perjalanan panjang mewujudkan sebuah perusahaan kreatif yang built to last.

Perusahaan itu bernama Petakumpet.

Petakumpet? Seperti apa kedengarannya kata ini di telinga Anda? Seperti apa bayangan di benak Anda ketika pertama kali mendengarnya? Hmmm…. Ini lucu, kekanak-kanakan, tradisional, agak unik, aneh dan berkesan nggak serius. Agak tersipu ketika saya memulai pengantar buku ini dengan awal yang nggak serius begini.

Apa boleh buat. What’s in a name, kata Shakespeare. Kita boleh berawal dari apa saja, seperti orang tua boleh menamai anaknya Imam Samudera atau Steven Spielberg: tapi hanya tindakan riil yang kita ambil yang akan menentukan apakah hidup kita ini akan berarti atau tidak.

Begitulah pijakan saat saya dan teman-teman sepakat mendirikan perusahaan kreatif ini. Jika ada yang terus bertanya dengan penasaran: kenapa sih namanya Petakumpet? Sekarang saya jawab. Tapi saya asli capek kasih jawaban sok gagah sehingga mending jujur saja.

Nama ini lewat begitu saja, nggak ngonsep sama sekali (meskipun founder-nya banyak yang dapat nilai A untuk tugas perancangan brandname). Swear! Berawal dari nama Studio Angkatan ‘94 Mahasiswa Desain Komunikasi Visual ISI Yogyakarta, nama inipun mencair dan menjadi perekat banyak elemen lainnya yang akhirnya ikut memperkuat perusahaan ini dengan berbagai keunggulan skill, kreativitas dan kecerdasannya masing-masing.

Perusahaan ini bahan jualannya adalah ide segar.

Sebuah ide - dari siapapun dia berasal - adalah buah fikiran. Ide lahir dari posisi cogito (aku berfikir) seperti yang dibayangkan Descartes. Sebuah dunia tanpa ide adalah sebuah dunia yang datar, tanpa gairah, sebuah masa depan yang tak pernah datang. Tanpa ide, kehidupan tak akan menjadi lebih baik dan dunia akan berhenti berputar.

Sebuah ide besar pada jamannya, bagi sebagian orang sering dianggap mimpi tak berdasar, bahkan kegilaan. Tapi ‘mimpi-mimpi’ inilah yang kemudian berhasil - setelah diperjuangkan dengan dedikasi, keuletan dan kerja keras - membuat kehidupan umat manusia lebih baik dari sebelumnya.

‘Mimpi’ Wright bersaudara untuk bisa terbang seperti burunglah yang membuat kita kini menikmati perjalanan Jakarta-London dalam 12 jam, sebuah waktu yang tak terbayangkan ketika yang ada hanya kapal laut. Atau ide bola lampu Thomas Alfa Edison yang mengubah ketergantungan kita pada api dan cahaya bulan untuk melawan gelap, dan malampun kini terlihat lebih indah dengan kerlap-kerlip selain bintang. Guttenberg dan James Watt-pun tetap dikenal beratus tahun kemudian, buah dari ide besarnya yang menjadi lokomotif revolusi industri.

Dalam komunikasi periklanan misalnya, sebuah ide kreatiflah yang membuat sebuah iklan bernilai lebih meskipun dikerjakan dengan teknologi yang sama, software yang sama, juga mesin reproduksi yang sama. Sebuah karya dari revolusi digital akan dapat dengan mudah dibedakan mana yang dikerjakan ‘cuma’ dengan skill dan mana yang dimulai dengan sebuah ide kreatif.

Petakumpet dibangun dengan sebuah mimpi besar: untuk menyediakan atmosfer kreatif ekstra luas bagi setiap sumber dayanya untuk mengembangkan diri, mengeluarkan kemampuan terbaiknya, juga ide-ide segarnya. Sehingga setiap output kreatif bukan hanya sekedar pemenuhan kewajiban pelayanan, melainkan hasil maksimal atas sebuah proses pencarian kreatif yang terus-menerus.

Saya membagi buku ini dalam enam bagian besar: Membangun Bisnis Ide, Menguak Isi Dapur, Menggali Harta Karun Gratisan, Jatuh Bangun Mengejar Mimpi, Serba-serbi Bisnis Ide dan Membangun Masyarakat Kreatif. Masing-masing bagiannya saya upayakan bisa secara runtut menggambarkan bagaimana proses kreatif itu berlangsung, baik yang berhubungan dengan proses inti (di dalam departemen kreatif) maupun proses pendukung (di departemen lainnya), bagaimana men-transform ide menjadi bisnis (alias mengubah fun menjadi profit) serta secara lebih luas bagaimana ide kreatif bisa berperan tidak hanya secara internal perusahaan tapi juga semakin mencair kepada masyarakat luas bahkan negara dan dunia yang kita tinggali ini.

Dalam tujuannya paling ideal, bagaimana kreativitas tak sekedar jadi dekorasi kehidupan tapi menjelma the way of thinking sekaligus the way of life. Bagaimana kreativitas mampu hadir sebagai solusi atas permasalahan kehidupan kita sehari-hari, dalam skala kecil maupun besar.

Nukleus dari buku ini, adalah mengenai upaya saya untuk berbagi keyakinan bahwa segala sesuatu di bumi Tuhan itu mungkin. Bahwa yang tidak mungkin itu hanya ada di otak kita. Bahwa impossible is nothing. Dan sesungguhnya, itulah kekuatan terbesar ide sebagai landasan bisnis kreatif: mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin, sehingga dunia kecil tempat kita bernafas ini jadi sedikit lebih baik.

Selamat membaca, semoga buku ini mampu menyalakan api kreativitas Anda.

Yogyakarta, 1 Juli 2008

M. Arief Budiman, S.Sn

The Most Creative Agency, Again



Syukur Alhamdulillah, tahun ini Petakumpet kembali terpilih sebagai The Most Creative Agency Baskara sekaligus The Most Creative Graphic Design Agency. Penghargaan dan terima kasih yang luar biasa untuk tim kreatif Petakumpet yang dikomandani Dedy dan Danan yang telah mewujudkan malam yang indah ini. Juga untuk keluarga besar Petakumpet: penghargaan ini hadir untuk kalian semua.

Notes: foto kaum narsis nongkrong segede gambreng di halaman depan Kedaulatan Rakyat.

Sabtu, 02 Agustus 2008

Prolog: Memahami Keberuntungan Pemula

Jogja, 14 Februari 2002, 15.00 WIB. Waktu persiapannya sudah semakin mepet. Acara akan dimulai nanti malam, tepat jam 19.00. Siang ini saya masih harus bertemu beberapa klien: begitu banyaknya kerjaan, terlalu sedikitnya waktu. Tapi tim saya terus bekerja. Beberapa orang sedang menyiapkan set di lokasi, beberapa berfikir keras di kantor bagaimana bisa selesai me-render tepat waktu. Juga ada yang mondar-mandir memastikan segala sesuatu menyangkut event penting nanti malam berjalan lancar.

Ya, 2 minggu sebelumnya tim saya telah membombardir Jogja dengan iklan radio, poster, spanduk dan material promosi lainnya bahwa sebuah bom akan diledakkan hari ini. Bom itu bernama Blank! Magazine: sebuah majalah desain grafis pertama di Indonesia.

Dan, bummmm!

Launching malam itu berlangsung sangat dahsyat. Mengambil venue di Dixinet, acara dari jam 19.00 – 21.00 WIB itu ‘sukses’ memacetkan jalan Kotabaru. Lebih dari 500 audiens hadir menjadi saksi lahirnya Blank! magazine. Bahkan MC-nya berbincang-bincang secara virtual dengan MC animasi yang dirender 3 hari utuh. Terobosan kreatif yang luar biasa saat itu. Bahkan Kornchonk Chaos (band unik asli ISI Jogja) menggila, semua hadirin bergoyang.

Bahkan acara launching-nya begitu dramatis dengan General Manager Blank magazine ditampilkan di giant screen sedang diculik, didorong, dipukuli dan dihajar oleh orang-orang bertopeng: lambang status quo. Sang GM di atas kursi roda didorong ke atas panggung untuk memberikan speech dalam kondisi penuh luka dan dibalut perban karena sesuai skenario-nya untuk menggambarkan visi Blank! yang ingin memberdayakan orang-orang kreatif melalui sudut pandang visual yang ekstrem. To empower creative people trough extreme visual perspective.

Tepuk tangan yang panjang dan applaus yang meriah luar biasa mengiringi seremoni launching yang begitu membakar dan menyentuh hati. Sebuah pesta yang indah, yang keindahannya begitu tak terlupakan. Seluruh spirit yang meledak malam itu membuat semua orang terbangun.

Yang harus diingat, itu semua hanyalah start. Kemegahan malam itu hanyalah keberuntungan pemula. Setelah beroperasi selama kurang lebih 2 tahun (2002 – 2004), Blank! Magazine harus ditutup pada 3 Maret 2004, setelah merugi lebih dari 140 juta rupiah.

Saya sendiri yang membacakan surat keputusan penutupannya, membagikan gaji terakhir, bersalaman dengan seluruh staf yang mukanya mendung. Menyaksikan mereka pulang untuk tak datang lagi besok paginya. Saya sendiri yang menutup pintu, jendela, mematikan lampu seluruh ruangan: dengan pandangan kosong. Saya baru saja menguburkan sebuah impian yang dahsyat luar biasa. Sayapun menangis di sebuah ruangan yang dulunya bekas kantor, sendiri.

Teman-teman sekalian: selamat datang di dunia creativepreneurship.

Jumat, 01 Agustus 2008

Menjual Ide Itu Indah

Harry Afandi
Tokoh Senior Periklanan

Mantan (Ketua PPPI Jateng & Manajer Iklan Suara Merdeka)

KALAU saja di Indonesia ini ada lebih banyak orang seperti Arief Budiman, maka saya yakin negeri ini tidak seterpuruk sekarang. Mengapa? Karena keterpurukan itu sesungguhnya karena kita miskin ide, miskin kreativitas. Arief Budiman dan Petakumpet adalah potret ide dan kreativitas yang dibutuhkan negeri ini.

Kreatif itu bukan sekadar berpikir asal beda, melainkan mengembangkan ide-ide dengan kreativitas untuk memanfaatkan kesempatan yang ada. Membaca peluanglah!

Kedengarannya sepele, tapi tidak gampang. Membaca bukan sekadar membaca, tapi membaca dengan cermat, kemudian memanfaatkan peluang itu menjadi benefit. Ya, seperti moto Petakumpet itu: “Good is not enough. It has to be sold.”

Zaman sekarang kan zaman benefiditas. Barangsiapa yang tidak mampu membidik peluang untuk meraih keuntungan, akan tergelincir ke jurang kekalahan. Eits! sori, ini bukan kapitalistis lho, sungguh! Ini sekadar mengingatkan betapa pentingnya kita mempunyai kepiawaian membaca dan memanfaatkan peluang untuk meraih keuntungan. Kita harus bisa menjual peluang-peluang itu; it has to be sold!

Menjual produk tentu lebih mudah, karena ukurannya jelas, bisa dilihat dan diraba. Menjual ide pasti lebih rumit. Ukurannya tidak jelas, tidak bisa dilihat, tidak bisa diraba. Hebatnya, Arief dan Petakumpet itu bisa melakukan hal yang tidak mudah dan rumit itu.

Buku ini merupakan salah satu kejelian Arief membidik peluang. Bukan hanya itu, buku ini juga layak menjadi acuan bagi siapa saja yang ingin belajar “membidik” serta menjual ide dan kreativitas. Percayalah, menjual ide itu indah; jauh lebih indah daripada menjual produk.

Promo Launching Buku