Rabu, 27 Januari 2010

Tanpa Modal Memulai Bisnis Kreatif

Bisnis kreatif adalah segala jenis bisnis yang menggunakan ide alias kreativitas sebagai komoditas utamanya. Jadi bukan bisnis yang based on product atau based on service semata. Para pelakunya sering disebut creativepreneur, yang berasal dari creative + entrepreneur. Terjemahan bebasnya: entrepreneur yang berbisnis di wilayah kreatif. Atau wirausaha/wiraswasta/pengusaha ide.

Misalnya: periklanan, desain, arsitektur, pasarseni dan barang antik, kerajinan, fesyen, film, vedo, fotografi, permainan interaktif, music, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan computer dan perangkat lunak, televise dan radio serta riset dan pengembangan (Sumber: Studi Industri Kreatif Indonesia 2007, Departemen Perdagangan RI)

Ok, kita langsung terjun ke praksis.

Apa yang dijual Microsoft? Apa yang dijual Apple? Apa yang dijual Ideo? Apa yang dijual Beatles? Apa yang dijual Slank? Apa yang dijual Garin Nugroho? Apa yang dijual Laskar Pelangi? Apa yang dijual Petakumpet?Ide. Ide?

Ya! Microsoft menjual software yang menggerakkan lebih dari 80% hardware komputer – dalam berbagai bentuknya – di muka bumi dengan ide jeniusnya. Apple menggabungkan kekuatan walkman, komputer portable dan download lagu via internet menjadi Ipod, lalu merevolusi telepon seluler dengan Iphone. Ideo menjual ide kreatif sebagai solusi atas permasalahan perusahaan-perusahaan yang menjadi kliennya, dari alat pacu jantung, mouse komputer, kereta dorong sampai mainan anak-anak. Beatles menjual gayanya yang khas dan lagu-lagunya yang easy listening ke seluruh dunia. Slank-pun jualannya sama, grup band ini begitu unik, tidak mengikuti aturan konvensional, dengan lagu-lagu bernafas pemberontakan atas status quo khas anak muda. Dan Garin menjadi seniman film dengan cerita yang kuat, menyentuh dan penggarapan artistik yang luar biasa.



gambar di: bokunosekai.wordpress.com/2008/09/

Lihatlah juga fenomena buku dan film Laskar Pelangi yang dibanjiri lebih dari 4.000.000 penonton? Jika rata-rata satu penonton membayar karcis Rp 15.000,- (untuk Empire 21), pemasukan kotornya dari penonton saja akan senilai Rp 60.000.000.000,- (enam puluh milyar rupiah). Belum dari penjualan VCD, DVD atau tayang ulang di televisi. Belum jika diekspor ke mancanegara.

Fenomena kesuksesan mereka itu bahan bakunya gratis. Modalnya minim bahkan hampir nol. Harga jualnya bisa tak terbatas.

Tidakkah itu luar biasa?

Outing Petakumpet di Pangandaran, 15-17 Januari 2010
Lalu apa yang dijual Petakumpet?
Ya, sama. Ide (tapi yang) segar. Hanya itu. Misalnya, ide kreatiflah yang membuat sekeping dvd seharga Rp 4500,- laku dijual Rp 188.000.000,- Atau beberapa lembar kertas berisi story board yang menghasilkan billing Rp 1.700.000.000,- Ajaib kan?
Tapi sebelum jadi lebih penasaran, saya akan mulai dulu dengan satu hal penting yang mendasari aspek selanjutnya dari bisnis kreatif.Sudut pandang manusia atas suatu hal – menurut David J. Schwartz dalam bukunya The Magic of Thinking Big – dibagi 2 hal: pandangan riil dan pandangan potensial.

Pandangan riil adalah pandangan yang kita lihat lewat kedua mata kita. Jika di depan kita ada sebuah tanah seluas 1 hektar, maka tanah itulah yang terlihat. Semua orang akan melihatnya sama: karena semua orang menggunakan - hanya - matanya.Tapi ada baiknya jika kita tidak menggantungkan sepenuhnya penilaian atas pandangan mata yang bersifat fisik ini. Karena pandangan visual ini bukan satu-satunya. Lagipula kemampuannya pun – karena sifatnya yang physical – menjadi terbatas. Mata hanya mampu melihat realitas: menyerap kenyataan seperti adanya.

Pandangan potensial adalah imajinasi kita atas suatu kenyataan. Dan inilah pembeda terbesar dari seseorang yang sukses luar biasa dan yang suksesnya biasa-biasa saja. Pandangan potensial melompati ruang dan waktu. Pandangan ini membuat seseorang memiliki visi tentang masa depannya. Seorang visioner mampu melihat 5, 10 tahun atau bahkan lebih jauh lagi, membayangkan kondisi ideal sampai detailnya dan membuat rencana-rencana sistematis untuk mewujudkannya.

Seseorang bisa melihat lahan satu hektar sebagai tempat ideal untuk membangun perumahan mewah atau real estate. Yang lain melihatnya sebagai hamparan padi di sawah yang menghijau. Yang lain melihatnya sebagai laboratorium yang untuk eksperimen obat-obatan tingkat dunia. Yang lain melihatnya sebagai masjid yang dikunjungi berduyun-duyun jamaah setiap waktu sholat tiba. Seribu satu kemungkinan bisa terwujud hanya dari satu kenyataan yang sama.

Karunia Tuhan yang ajaib bernama imajinasi yang dihasilkan otak itulah yang menjadi modal dasar kesuksesan kita: kemampuannya tak terhingga untuk mewujudkan impian kita yang luar biasa.

Memulai Bisnis Kreatif

Ok, ini bukan jawaban seorang akademisi. Ini adalah sudut pandang seseorang yang belajar bisnis di jalanan.

Saya akan cerita sedikit tentang Petakumpet: perusahaan yang katanya suka jualan ide segar. Sebagai salah satu finalis Dji Sam Soe Award 2006, dengan 350 lebih klien dan 89 national creative award winning di gudangnya, Petakumpet (http://www.petakumpetworld.com/) dimulai dari sekumpulan mahasiswa Diskomvis FSR ISI Yogyakarta 1994 yang kepepet, rejeki seret dengan pengetahuan manajemen nol besar. Tak ada modal uang, hanya seperangkat komputer 486 DX, printer, scanner, kuas, airbrush, compressor, yang semuanya dikumpulkan dari menyisihkan keuntungan bikin spanduk, sablon sampai ilustrasi manual. Oya, ditambah dengkul baja serta kepala batu.

Segalanya bermula dari mimpi sederhana tapi sering dianggap gila: dimuat di cover majalah Fortune (http://www.fortune.com/) sebagai The Most Admired Company in The World. Berlebihan dan norak? Biar saja, kita toh tak berhutang apapun pada orang yang tak percaya mimpi kita, seliar apapun. Mimpi itu saudara kandungnya ide: dua-duanya gratis. Jadi mengapa kita tak mimpi yang tinggi sekalian mumpung gratis? Betul?

Membangun bisnis ide tak tergantung dari seberapa besar modal fisik yang kita miliki (modal uang, teknologi, tempat, dsb.) tapi pada keyakinan, komitmen dan kreativitas kita untuk melakukan hal-hal yang diperlukan agar sukses. Bisnis ide yang adalah bisnis yang sangat murah, meskipun bukan bisnis yang paling mudah.Tapi tak perlu kuatir! Tak ada hal yang begitu sulit sehingga tak bisa dilakukan. Kata iklan sebuah brand sepatu: Impossible is nothing! Sebagai calon atau sudah jadi creativepreneur, jadikan ini sebagai keyakinan.

Kita bisa langsung bikin usaha dan melakukan perbaikan praktek bisnis sambil jalan. Learning by doing. Yang diperlukan di awal hanya keberanian. Jangan menunggu segala sesuatunya sempurna. Ambil resiko dengan penuh keberanian. Keberanian itu gratis, kita tak perlu membayar untuk memilikinya.

Nah tunggu apalagi? Mulailah sekarang.