Selasa, 05 Agustus 2008

Kreatif atau Mati!


M. Reza Tarmizi
President Director
PT. Petakumpet Creative Network

“Cogito ergo sum,” kata Rene Descartes. “Aku berpikir, maka aku ada.”
Keragu-raguan filsuf rasionalis (1596-1650), itulah yang diyakini banyak orang telah melahirkan ilmu pengetahuan. Bagi Petakumpet, ungkapan Descartes bisa menjadi “Semua berawal dari ide.” Tanpa ide, hidup menjadi hambar, dunia tanpa masa depan.
Orang-orang besar – dari Napoleon Bonaparte sampai Bung Karno – selalu mempunyai ide-ide besar. Bangsa-bangsa yang hebat – dari Britania Raya sampai Amerika Serikat dan Rusia – selalu dibangun di atas landasan ide-ide yang hebat. Ide mungkin bukan segalanya, tapi tanpa ide segalanya menjadi tidak berarti apa-apa.
Ide itu kreativitas!
Nggak percaya? Coba kembangkan ide tanpa kreativitas, pasti hasilnya nol besar! Ide itu bahan baku, kreativitas itu cara memasak! Maka, tanpa kreativitas, ide menjadi sekadar bahan baku yang mati. Ide dan kreativitas mirip dua sisi dari mata uang yang sama. Dibolak-balik, ya namanya tetap saja mata uang. Plato menyebutnya “dunia ide,” dan “dunia ide” itu akan bermanfaat bagi kehidupan kalau sudah berinteraksi dan bersinergi dengan dunia nyata; dunia yang dihadapi manusia sehari-hari.

***

Nah! Bisnis adalah dunia nyata. Banyak orang yang mengira bisnis tidak ada kaitan langsung dengan “dunia ide.” Sudah pasti, pandangan itu keliru! Petakumpet adalah bukti bersinerginya antara ide, kreativitas, dan dunia nyata. Namanya: bisnis ide!

Sinergi itu juga menjawab tantangan marketing 3.0, marketing era budaya dan kreativitas. Itulah kredo yang patut dicamkan dan dikembangkan masyarakat marketing dan advertising sampai tahun 2025.

Meminjam istilah Jack Trout “differentiate or die,” maka kredo marketing-advertising masa kini adalah: “Creative or die!” Tinggal pilih, mau kreatif – untuk kemudian berkembang maju – atau mau mati! Sederhana ‘kan?

Petakumpet menjawab tantangan itu bukan dengan pernyataan, wacana, apalagi omong kosong. Jawaban itu bernama bisnis ide; bisnis yang menggunakan ide dan kreativitas sebagai komoditas utama.

Bisnis ide, tentu tidak sekadar menjual produk atau servis. Lebih dari itu, menjual ide dan kreativitas. Intangible banget ya? Pasti! Karena dunia masa kini memang makin intangible. Makin maya, makin tak teraba.

Hanya orang-orang yang mampu merengkuh yang maya dan tak teraba itulah yang bisa muncul sebagai pemenang di era persaingan yang makin bengis sekarang ini.

***

Buku berjudul “Jualan Ide Segar" ini benar-benar segar. Lebih segar lagi, karena dibumbui “membangun ide miliaran rupiah tanpa modal.” Meminjam istilah kulinernya Bondan Winarno, ide yang segar itu pokoké mak nyus! Top markotob!

Kesegaran ide dan kreativitas itu sumber dari segala sumber entrepreneurship, creativepreneurship, dan preneurship-preneurship yang lain. Tanpa ide dan kreativitas, seratus persen mustahil preneur-preneur itu bisa terwujud. Kata orang-orang yang mengerti manajemen, seorang entrepreneur harus berpikir di luar kotak (think out of the box). Nah, buku ini mengajari cara-cara think out of the box itu.

Jadi, bagi Anda yang tidak ingin maju dan suka bermalas-malas, saya sarankan jangan sekali-kali membaca buku ini. Buku ini khusus bagi orang-orang yang kreatif – atau setidak-tidaknya ingin kreatif –, orang-orang yang memiliki semangat perubahan (the spirit of change). Buku ini racun bagi orang yang malas berpikir, tapi madu bagi orang yang gemar olah pikir dan pantang pikun.

Dalam perspektif Descartes, orang-orang yang malas berpikir adalah orang-orang yang hidup antara ada dan tiada; ‘’hidup enggan, mati tak mau.’’ Maka, berpikirlah agar Anda tetap ada! Resep mujarabnya?

Ya baca buku ini!

Tidak ada komentar: