Sabtu, 17 Maret 2012

Saya Terlalu Banyak Berbicara


Awalnya, setahun terakhir saya merasa lebih banyak bicara daripada berkarya. Saya memang tetap berkarya. Saya tetap berusaha profesional. Tapi saya merasa output kreatif yang saya hasilkan belum mencapai tahapan hebat. Sekali lagi, slogan itu menghantam saya sendiri: Good is not enough!
Jangan-jangan karena saya mulai terjebak rutinitas. Jangan-jangan karena saya mulai merasa nyaman dengan kondisi keseharian saya sendiri. Jangan-jangan... Karena saya terlalu banyak bicara. 

Refleksi saya pada apa yang saya lakukan sepanjang 2011 kemarin menunjukkan ketidakefektifan saya dalam memanfaatkan waktu saya yang memang terbatas ini.

Gawat!

Kesadaran seperti inilah yang tercetus di kepala saya saat mulai memikirkan untuk melakukan perjalanan ini: menjelajahi 40 kota dalam 40 hari untuk berbagi, berdiskusi, bersilaturrahim, bercengkerama membincangkan hal-hal apa saja untuk memajukan negeri ini. Dengan siapapun yang saya temui dalam perjalanan ini.

Pada 2011, bekerja sebagai Managing Director di Petakumpet – perusahaan kreatif yang saya dirikan bersama teman-teman Diskomvis  ISI1994 – adalah tanggung jawab utama saya. Di sela-sela kesibukan itu, saya sebisa mungkin mencoba memenuhi undangan dari
beberapa pihak untuk sharing, tukar menukar pengalaman, seminar, workshop tentang kreativitas, entrepreneur, creativepreneur, creative giving, hal-hal yang main idea-nya adalah kreatif. Sepanjang 2011 itu, setidaknya saya melakukan presentasi rata-rata 4-6 kali sebulan, sekitar 50an kali setahun, di banyak tempat di negeri ini.

Saya mulai dikenal sebagai pembicara kreatif. Bahkan dianggap motivator (duh!). Bahkan diminta menjadi khotib Jumatan. Menjadi mentor bisnis. Menjadi coach presentasi. Menjadi apapun, yang intinya saya harus berbicara di depan banyak orang. Melihat ke belakang, saat saya SD lalu SMP, dimana saya menderita gagap alias sulit bicara di depan umum: ini adalah keajaiban yang nyata buat saya. Sungguh!

Tapi ketika saya mulai memikirkan dengan tenang: ternyata menjadi pembicara tidak pernah menjadi impian saya yang terbesar. Saya gali lebih dalam lagi – jika Allah mengijinkan – saya lebih ingin dikenal sebagai kreator. Sebagai orang yang menghasilkan karya-karya yang hebat. Sebagai pencipta. Bukan sebagai pembicara. Apalagi motivator.

Berbicara itu – dari pengalaman saya setelah lebih dari 300 kali presentasi – bukanlah hal yang sulit. Selama kita menggeluti dan menjalankan apa yang kita bicarakan, semuanya akan mengalir lancar. Permasalahannya adalah, ternyata hal-hal hebat di luar berbicara itu mulai jarang saya lakukan. Waktu saya tersita untuk mengurusi hal-hal regular di kantor, terbang kesana-kemari bertemu klien atau memenuhi undangan, brainstorm dengan tim kreatif untuk menghasilkan iklan yang mahal tapi agak kompromis, hal-hal seperti itu.
Saya merasa kurang syarat untuk hanya membicarakan hal-hal yang sama, award yang itu-itu juga, cerita-cerita tentang kesuksesan masa lalu.

Lalu muncullah pemikiran ekstrem ini: bagaimana jika saya puasa untuk tidak berbicara dulu dengan publik dalam waktu tertentu. Hanya untuk fokus pada minat utama saya: menjadi kreator. Saya kira itu ide menarik. Saya merasa excited

Tapi saya melihat lagi fenomena yang sedang berlangsung progresif di negeri ini: kreativitas sedang menjadi primadona. Ekonomi kreatif sedang ngebut membangun pondasi pengembangannya, bahkan dengan mendirikan kementerian sendiri. Jika saya menarik diri di titik ini, tiba-tiba saya merasa bersalah.

Selama ini, kalau kita bicara tentang kreativitas, yang paling sering mendapat porsi adalah teman-teman yang berada di kota besar, utamanya di ibukota propinsi. Jakarta, Bandung, Jogja, Semarang, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, dst. Tapi teman-teman di kota-kota yang size dan aksesnya lebih kecil, jarang mendapatkan porsi untuk bisa mengenal, memahami dan memanfaatkan gelombang baru yang bernama ekonomi kreatif ini. Padahal, di era serba internet seperti sekarang: semua fasilitas online yang menghubungkan ujung jari kita dengan seluruh informasidi dunia sudah banyak tersedia.

Teman-teman di kota-kota kecil itu - termasuk Rembang, kota kelahiran saya - hanya memerlukan api kecil untuk menyalakan passion. Memantapkan keyakinan. Menghidupkan mimpi. Membaca peluang yang berseliweran. Mereka adalah orang-orang cerdas dan pekerja keras yang hanya perlu ditemani, untuk bergerak merangkai masa depan dari tempatnya berpijak. Menjadi sukses dan berakar di tempatnya sendiri, tak berkiblat ke Jakarta, London, New York atau kota-kota besar lainnya. Karena jamannya, telah memungkinkan itu semua terjadi.

SBY dari Pacitan. Boediono dari Blitar. Soekarno dari pinggiran Surabaya. Jokowi dari Solo. Wahyu Aditya dari Malang. KH Mustofa Bisri dari Rembang.


Harus ada yang bergerak untuk menumbuhkan bintang-bintang baru, yang mampu bertahan dari kemilau ibukota. Berjuang habis-habisan untuk sukses di kotanya masing-masing. Agar negeri ini bisa maju serempak, tidak hanya terpusat pergerakannya. Jika pemerintah begitu sibuknya sehingga tak melihat ruang-ruang kosong ini, saya memilih tidak menyalahkan. Saya memilih untuk bergerak. Jika memungkinkan, bekerjasama tentu akan jauh lebih baik.

Jadi, beginilah deal-nya: saya akan melunasi hutang saya untuk semampu saya berkontribusi membangun fondasi mindset - character building kalo kata Bung Karno - dengan berkeliling di 40 kota selama 40 hari berturut-turut untuk melaksanakan
Creative Sharing dan Creative Giving

Mengapa 40 hari? 

Entahlah, saya hanya merasa angka 40 itu menyimpan aura spiritual. Dan saya pernah belajar, jika ingin menanamkan sebuah habit (kebiasaan) tertentu, minimal membutuhkan waktu 40 hari sebagai pondasinya. Pengen membiasakan Sholat Tahajud, cobalah merutinkannya dalam 40 hari. Pengen ahli menulis, cobalah menulis setiap hari selama 40 hari. 40 hari adalah pondasi. Semacam syarat untuk sukses setelah melewati jam terbang 10.000 jam ala Malcolm Gladwell di Outliers.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF87JGePUChdcX21n2veHmujlNlPGL99hgELsK3OvPUlGOTAUwI88rDJofA8AJkKfiqg9pweZleGJxv4Xtru-7NDP5GKs3TIBvDrmvnreTJpjlCAh7GdA-qNsmsY-p-U0WCeTNF8n7WhmH/s1600/malcolm_gladwell_outliers-796414.jpg

Jadi setiap hari akan ada 2 kegiatan sekaligus yang saya lakukan di setiap kota: Creative Sharing dengan komunitas kreatif, kampus atau umum dengan EO profesional. Dan setelahnya atau sebelum acara itu – di hari yang sama – melaksanakan acara Creative Giving: berbagi dengan teman-teman di panti asuhan, anak-anak yatim, mereka yang kekurangan. Acaranya bisa berupa penyampaian bantuan, nonton film bareng, seminar gratis, pengajian bersama, apa saja yang sesuai dengan kontekstual permasalahan yang kita temui di kota tersebut. Akan menarik juga jika Creative Giving ini bisa bekerjasama dengan teman-teman di Akademi Berbagi, Tangan Di Atas, Pagi Berbagi, Sedekah Rombongan atau komunitas-komunitas berbasis kebaikan yang lain.

Setelah berembug dengan Mas Iqbal dan teman-teman Rekarupa yang mempunyai idealisme yang sama besarnya untuk bergerak memajukan negeri ini lewat pemberdayaan anak-anak bangsa, disusunlah sebuah rangkaian acara yang bertajuk ‘Berbagi Ide Segar’, 20 Mei – 29 Juni 2012 melewati 40 kota se-Jawa Bali. Acara ini juga melibatkan Koperasi Kreatif Bebarengan yang didirikan oleh teman-teman di Petakumpet yang akan menyiapkan merchandise dan bekerjasama dengan pihak-pihak yang ingin memperkenalkan produk-produk kreatifnya ke 40 kota.

Bagimana dengan kota-kota yang tidak dilewati perjalanan ini, Mas? 

Nah, itu juga jadi concern saya. Jika kota Anda tidak dilewati dan jaraknya tidak terlalu jauh, saya sarankan untuk datang. Beberapa kota mungkin bertiket, beberapa mungkin gratis tergantung kerjasama dengan EO lokalnya. Tapi jika tidak memungkinkan juga - misalnya untuk yang di Kalimatan, Sumatera dan luar pulau lainnya - teman-teman di Rekarupa sudah menyiapkan website khusus untuk acara ini  - tunggu launching-nya - yang berisi laporan perjalanan dan liputan, serta live streaming acaranya. Agar gaung dan spiritnya menyebar ke seluruh negeri.

Kembali ke pemikiran awal saya di atas, setelah acara ini saya akan puasa berbicara di depan publik sampai akhir tahun, 31 Desember 2012. Bukan karena apa-apa, tapi saya merasa inilah hal yang harus saya lakukan jika saya mau fokus menggapai cita-cita. Inilah konsekuensi pilihan yang harus saya ambil, walaupun itu sulit. Jadi – dengan segala hormat - jika ada teman-teman yang merencanakan untuk mengundang saya di 2012 ini: mohon disesuaikan jadualnya dengan kunjungan saya di kota-kota yang telah saya tuliskan ini. Insya Allah cara-cara untuk bekerjasama dengan EO utama acara ini (Rekarupa) akan diumumkan segera, minggu depan.

Saat saya berpuasa bicara setelah perjalanan 40 hari ini, fokus saya akan tertuju pada rencana IPO (Initial Public Offering) PT. Petakumpet Creative Network pada 2015 besok, 3 tahun sejak sekarang, saat saya berusia 40 tahun. Masih banyak kekurangan yang harus saya dan tim di Petakumpet perbaiki untuk menuju IPO tersebut, sebagai salah satu milestone mewujudkan impian tergila untuk menjadi The Most Admired Company in The World pada tahun 2020.


Apakah impian itu akan menjadi kenyataan? Saya tak tahu. Saya dan tim saya di Petakumpet hanya bisa berdoa, berupaya sekeras mungkin. Melakukan hal-hal yang bisa kami lakukan dengan cara-cara yang terbaik dan tidak memusingkan hal-hal yang tidak atau belum bisa kami lakukan saat ini. Saya percaya, jika kami memiliki cukup keyakinan untuk terus melangkah, Tuhan akan tunjukkan jalan-Nya. Dan seringkali pula, Dia akan siapkan pertolongan dari arah yang tak pernah kita sangka-sangka.

Saya perlu menceritakan ini semua – utamanya sebagai cermin bagi diri saya sendiri – sekaligus sebagai penjelasan awal kepada teman-teman sekalian karena saya akan sangat membutuhkan dukungan, bantuan dan kerjasamanya untuk acara yang akan kami lakukan dalam waktu yang tidak lama lagi ini.


40 hari perjalanan mengelilingi pulau Jawa dan Bali – sambil tetap menjalankan tugas utama saya sebagai CEO Petakumpet secara mobile – adalah tantangan yang menarik sekaligus menggairahkan. iPad dan Blackberry akan menjadi mobile office saya selama perjalanan ini, sekaligus sebagai beta tester sistem manajemen baru bagi Petakumpet di masa depan.

Dan ah ya, selama perjalanan 40 hari itu saya mungkin juga akan jarang bertemu keluarga kecil yang saya cintai sepenuh-penuh hati saya. Buah hati saya Alia (4 bulan) yang sedang lucu-lucunya dan ibunya yang sedang imut-imutnya. Karena merekalah saya bersedia melakukan hal-hal beresiko seperti ini. Sebagai suami dan ayah, saya mungkin berbeda daripada kebanyakan suami dan ayah yang lain yang bisa tertib menjalani kewajibannya setiap hari berada di rumah. Jika pun saya tidak bisa selalu hadir di sisi orang-orang yang saya cintai, saya ingin selalu hadir di hati mereka, dimanapun saya berada. Karena saya membawa cinta itu di hati saya - selain membawa fotonya di BB dan dompet - kemanapun saya pergi.


Semoga Tuhan menemani perjalanan ini. Juga perjalanan Anda sekalian, teman-teman saya dalam menggapi impian masing-masing. Se-absurd apapun impian itu, semustahil apapun kelihatannya. Mustahil kan bahasa kita, manusia yang penuh keterbatasan. Tapi bersama-Nya: tak ada yang tak mungkin.

People with passion can change the world 
Steve Jobs

Inilah yang ingin saya lakukan. Mengubah dunia dengan impian dan tindakan-tindakan kecil, tapi didasari keyakinan. Dan konsistensi. Bukan karena mengikuti trend atau pendapat orang, tapi karena mempercayai suara hati. Dengan keyakinan ini, melangkah akan ringan. Resiko – sebesar apapun – akan tenang untuk dijalani.

Bismillah, mohon doanya untuk langkah awal ini. Semoga kita bisa berjumpa di kota-kota yang saya dan tim akan kunjungi. Insya Allah…

Sabtu, 08 Januari 2011

Jualan Ide Segar di Filipina

Bersama Dicky Sukmana, Founder and Research and Development Suave Catalogue
 Bersama Endro CN, dulu masih di British Council. Sekarang jadi Traveller dan Blogger
 Bersama Jeffry Kristianto, entrepreneur dari Bali, sekarang VSO volounter
 Bersama Eugene Low, founder Bombshelter Studios Malaysia
 Bersama Aurelio Icasiano, Filipina
 Dibaca dalam perjalanan ke Mactan oleh John Miller dari Mark Products, Cornwell
Bersama Ridwan Kamil (Juara IYDEY 2006), Founder Urbane Bandung, award winning architect, bintang iklan, fotografer handal

Presentasi Launching Buku Jualan Ide Segar

Begini Lho Seharusnya Brainstorm
















Spesies apa sih brainstorm itu?

Brainstorm adalah kelompok diskusi spontan untuk menghasilkan ide dan solusi atas masalah.

- Oxford American Dictionaries -

Ngapain kita mesti melakukan brainstorm?
  • Untuk menciptakan inovasi terbaru
  • Cara terbaik untuk mendapatkan ide terbaik
  • Membuat proses tukar pikiran menjadi menyenangkan
  • Mengasah otak kreatif
Lalu gimana caranya?

Cara untuk mendapatkan ide terbaik adalah dengan mencari ide sebanyak-banyaknya

- Linus Pauling, Nobel Prize Winner -


















Siapin Brief

Brainstorm tidak akan pernah bisa menghasilkan kesuksesan di ruang hampa

- Ethan Rasiel,The McKinsey Way -

Brief adalah yang terpenting dan harus ada di awal. Tanpa brief, tak usah brainstorm. Nanti malah  ngobrol ngalor ngidul, tak ada mandatory dan fokusnya. Brief akan mengarahkan para peserta sehingga diskusi bisa beralngsung efektif dan fokus pada tujuan. Bagaimanapun, brainstorm bukan arisan RT yang berfungsi mengakrabkan tetangga. Brainstorm harus menemukan solusi. Gimana caraya? Pahami dulu luar dalam masalahnya, ya di brief itu. Yang oleh setiap peserta harus dibaca, dibaca, dibaca.


Kumpulkan Peserta

Kumpulkan orang-orang yang berbeda, nggak cuma yang ahli doang. Sediakan mereka informasi dan data yang dibutuhkan (sebaiknya tidak cuma tertulis, bisa gambar, slide show atau bahkan observasi di luar). Jumlah ideal pesertanya antara 3-12 orang. Kurang dari itu terlalu sepi, lebih dari itu malah jadi rembug desa atau rapat dengar pendapat DPR. Suasananya rame karena beda pendapat dan habis biaya banyak, tapi tak ada hasilnya.

Mengatur Tempat dan Fasilitas 
  • Nyaman, sehingga setiap peserta bisa rileks dan merasa lepas 
  • Ada snack yang dimakan, ada minuman yang disruput. Tambah buah? Good! 
  • Ada yang property unik atau aneh untuk menciptakan atmosfer sesuai tema brainstorm 
  • Ada alat tulis, alat gambar juga whiteboard 
  • Tak harus di dalam ruangan, di taman belakang kantor juga OK

















Proses

Masalahnya itu bukan bagaimana menemukan ide baru yang banyak, tapi bagaimana mengeluarkan ide kuno dari sana.

- Dee Hock,Visa International –

Tips Saat Brainstorm:
  1. Kita butuh ide-ide baru, tapi ketatlah dalam menegakkan aturan 
  2. Tulislah apa yang peserta sampaikan, persis seperti yang mereka ucapkan 
  3. Dapat ide jijay, norak dan super wagu? Sampaikan dengan lantang! 
  4. Udah dapet ide dengan jumlah yang cukup? Nah, sekarang waktunya disaring! 
  5. Idenya baik atau buruk? Coba dicocokin penilaiannya ama brief.

















Permasalahan:
  1. Targetnya ide dalam jumlah tertentu, biasanya lebih banyak dari yang dibutuhkan sehingga kita bisa memilih 
  2. Waktu yang tersedia (rata-rata brainstorm yang efektif antara 30 sampai 120 menit (2 jam)
Peraturannya:
  1. Pendekatannya dengan jumlah dulu, bukan kualitas 
  2. Sama sekali dilarang untuk melarang. 
  3. Ide yang aneh justru sangat diharapkan. 
  4. Tidak ada ide dari peserta yang dianggap salah. 
  5. Meminjam ide dari bidang yang lain, di luar bidang kita. 
  6. Menyampaikan ide pada saat brainstorm, bukan setelahnya.

















What Next? Setelah Brainstorm ngapain?

Kita presentasikan kepada seluruh peserta/tim hasil brainstorm-nya. Kita pastikan bahwa semua peserta mengerti, memahami dan menerima hasilnya adalah yang terbaik saat itu. Jadi setiap peserta merasa dirinya adalah bagian dari keputusan itu sehingga jika nanti terlibat sebagai eksekutor bisa sepenuh hati mengimplementasikannya.  Jika kita brainstorm untuk suatu project desain grafis atau periklanan tentu proses berikutnya adalah mengeksekusi ide yang didapatkan di ruang brainstorm. 

Oya, sebelum menutup brainstorm, jangan lupa bilang tenkiu (biar pesertanya gak kapok jika diajak lagi. 

Selamat dipraktekkan, semoga berbuah ribuan ide-ide segar. He he he…)

Notes: beberapa image di atas sebagian bahannya pinjem dari googling internet yang saya agak lupa alamat url-nya

Jumat, 07 Januari 2011

Yuk Join Petakumpet Recruitment


















Deadline pengiriman aplikasi: 15 Januari 2010, diemail ke: hrdpetakumpet@yahoo.com. Follow @petakumpet di Twitter untuk info selengkapnya, search di Google dengan keyword: #city4creativity

Kamis, 06 Januari 2011

Yang Mau Gabung di Kediri

Silakan klik image untuk tampilan yang lebih besar, acara akan diadakan 20 Januari 2011. Yuk gabung :)

Sabtu, 28 Agustus 2010

Download GRATIS: Kuliah di Tempat Kerja

Download GRATIS: Cebu in My View

Check out this SlideShare Presentation:

Download GRATIS: Keajaiban Creativepreneur

Download GRATIS: Membangun Brand Terpercaya

Download GRATIS: Client Brief To Creative Brief

Download GRATIS: Building Creative Industry

Kamis, 08 Juli 2010

Buku Jualan Ide Segar GRATIS

Hari ini saya ingin bagikan 3 buku Jualan Ide Segar GRATIS utk 1 org di Sulawesi, 1 org di Kalimantan dan 1 org di Papua. Ongkos kirim jg dari saya. Silakan comment di http://www.facebook.com/arief.petakumpet atau email: jualanidesegar@gmail.com.

Ceritakan sedikit tentang cita-cita Anda.

Yg terpilih harus mengirimkan alamatnya di Sulawesi, Kalimantan atau Papua. Saya tunggu sampai hari ini, Jumat 9 Juli 2010 jam 12.00 WIB. Yuk :)


Senin, 21 Juni 2010

Shooting Acara Tatap Muka TV One


Pada hari Kamis, 17 Juni  2010, datanglah kru TV One di Dreamlab Building, kantor pusat PT. Petakumpet Creative Network di Jogja, Petakumpet terpilih sebagai tamu untuk Tatap Muka minggu depan yang bertema Industri Kreatif. Shooting ini akan ditayangkan pada acara tatap Muka di TV One dengan Host Mas Mayong Suryolaksono, Jumat 25 Juni 2010 mulai jam 19.30 malam. Makasih untuk all crew TV One (Mas Mayong, Mbak Ririen dan tim), semoga kelak akan main-main ke Petakumpet lagi. Nonton yak :)

Rabu, 27 Januari 2010

Tanpa Modal Memulai Bisnis Kreatif

Bisnis kreatif adalah segala jenis bisnis yang menggunakan ide alias kreativitas sebagai komoditas utamanya. Jadi bukan bisnis yang based on product atau based on service semata. Para pelakunya sering disebut creativepreneur, yang berasal dari creative + entrepreneur. Terjemahan bebasnya: entrepreneur yang berbisnis di wilayah kreatif. Atau wirausaha/wiraswasta/pengusaha ide.

Misalnya: periklanan, desain, arsitektur, pasarseni dan barang antik, kerajinan, fesyen, film, vedo, fotografi, permainan interaktif, music, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan computer dan perangkat lunak, televise dan radio serta riset dan pengembangan (Sumber: Studi Industri Kreatif Indonesia 2007, Departemen Perdagangan RI)

Ok, kita langsung terjun ke praksis.

Apa yang dijual Microsoft? Apa yang dijual Apple? Apa yang dijual Ideo? Apa yang dijual Beatles? Apa yang dijual Slank? Apa yang dijual Garin Nugroho? Apa yang dijual Laskar Pelangi? Apa yang dijual Petakumpet?Ide. Ide?

Ya! Microsoft menjual software yang menggerakkan lebih dari 80% hardware komputer – dalam berbagai bentuknya – di muka bumi dengan ide jeniusnya. Apple menggabungkan kekuatan walkman, komputer portable dan download lagu via internet menjadi Ipod, lalu merevolusi telepon seluler dengan Iphone. Ideo menjual ide kreatif sebagai solusi atas permasalahan perusahaan-perusahaan yang menjadi kliennya, dari alat pacu jantung, mouse komputer, kereta dorong sampai mainan anak-anak. Beatles menjual gayanya yang khas dan lagu-lagunya yang easy listening ke seluruh dunia. Slank-pun jualannya sama, grup band ini begitu unik, tidak mengikuti aturan konvensional, dengan lagu-lagu bernafas pemberontakan atas status quo khas anak muda. Dan Garin menjadi seniman film dengan cerita yang kuat, menyentuh dan penggarapan artistik yang luar biasa.



gambar di: bokunosekai.wordpress.com/2008/09/

Lihatlah juga fenomena buku dan film Laskar Pelangi yang dibanjiri lebih dari 4.000.000 penonton? Jika rata-rata satu penonton membayar karcis Rp 15.000,- (untuk Empire 21), pemasukan kotornya dari penonton saja akan senilai Rp 60.000.000.000,- (enam puluh milyar rupiah). Belum dari penjualan VCD, DVD atau tayang ulang di televisi. Belum jika diekspor ke mancanegara.

Fenomena kesuksesan mereka itu bahan bakunya gratis. Modalnya minim bahkan hampir nol. Harga jualnya bisa tak terbatas.

Tidakkah itu luar biasa?

Outing Petakumpet di Pangandaran, 15-17 Januari 2010
Lalu apa yang dijual Petakumpet?
Ya, sama. Ide (tapi yang) segar. Hanya itu. Misalnya, ide kreatiflah yang membuat sekeping dvd seharga Rp 4500,- laku dijual Rp 188.000.000,- Atau beberapa lembar kertas berisi story board yang menghasilkan billing Rp 1.700.000.000,- Ajaib kan?
Tapi sebelum jadi lebih penasaran, saya akan mulai dulu dengan satu hal penting yang mendasari aspek selanjutnya dari bisnis kreatif.Sudut pandang manusia atas suatu hal – menurut David J. Schwartz dalam bukunya The Magic of Thinking Big – dibagi 2 hal: pandangan riil dan pandangan potensial.

Pandangan riil adalah pandangan yang kita lihat lewat kedua mata kita. Jika di depan kita ada sebuah tanah seluas 1 hektar, maka tanah itulah yang terlihat. Semua orang akan melihatnya sama: karena semua orang menggunakan - hanya - matanya.Tapi ada baiknya jika kita tidak menggantungkan sepenuhnya penilaian atas pandangan mata yang bersifat fisik ini. Karena pandangan visual ini bukan satu-satunya. Lagipula kemampuannya pun – karena sifatnya yang physical – menjadi terbatas. Mata hanya mampu melihat realitas: menyerap kenyataan seperti adanya.

Pandangan potensial adalah imajinasi kita atas suatu kenyataan. Dan inilah pembeda terbesar dari seseorang yang sukses luar biasa dan yang suksesnya biasa-biasa saja. Pandangan potensial melompati ruang dan waktu. Pandangan ini membuat seseorang memiliki visi tentang masa depannya. Seorang visioner mampu melihat 5, 10 tahun atau bahkan lebih jauh lagi, membayangkan kondisi ideal sampai detailnya dan membuat rencana-rencana sistematis untuk mewujudkannya.

Seseorang bisa melihat lahan satu hektar sebagai tempat ideal untuk membangun perumahan mewah atau real estate. Yang lain melihatnya sebagai hamparan padi di sawah yang menghijau. Yang lain melihatnya sebagai laboratorium yang untuk eksperimen obat-obatan tingkat dunia. Yang lain melihatnya sebagai masjid yang dikunjungi berduyun-duyun jamaah setiap waktu sholat tiba. Seribu satu kemungkinan bisa terwujud hanya dari satu kenyataan yang sama.

Karunia Tuhan yang ajaib bernama imajinasi yang dihasilkan otak itulah yang menjadi modal dasar kesuksesan kita: kemampuannya tak terhingga untuk mewujudkan impian kita yang luar biasa.

Memulai Bisnis Kreatif

Ok, ini bukan jawaban seorang akademisi. Ini adalah sudut pandang seseorang yang belajar bisnis di jalanan.

Saya akan cerita sedikit tentang Petakumpet: perusahaan yang katanya suka jualan ide segar. Sebagai salah satu finalis Dji Sam Soe Award 2006, dengan 350 lebih klien dan 89 national creative award winning di gudangnya, Petakumpet (http://www.petakumpetworld.com/) dimulai dari sekumpulan mahasiswa Diskomvis FSR ISI Yogyakarta 1994 yang kepepet, rejeki seret dengan pengetahuan manajemen nol besar. Tak ada modal uang, hanya seperangkat komputer 486 DX, printer, scanner, kuas, airbrush, compressor, yang semuanya dikumpulkan dari menyisihkan keuntungan bikin spanduk, sablon sampai ilustrasi manual. Oya, ditambah dengkul baja serta kepala batu.

Segalanya bermula dari mimpi sederhana tapi sering dianggap gila: dimuat di cover majalah Fortune (http://www.fortune.com/) sebagai The Most Admired Company in The World. Berlebihan dan norak? Biar saja, kita toh tak berhutang apapun pada orang yang tak percaya mimpi kita, seliar apapun. Mimpi itu saudara kandungnya ide: dua-duanya gratis. Jadi mengapa kita tak mimpi yang tinggi sekalian mumpung gratis? Betul?

Membangun bisnis ide tak tergantung dari seberapa besar modal fisik yang kita miliki (modal uang, teknologi, tempat, dsb.) tapi pada keyakinan, komitmen dan kreativitas kita untuk melakukan hal-hal yang diperlukan agar sukses. Bisnis ide yang adalah bisnis yang sangat murah, meskipun bukan bisnis yang paling mudah.Tapi tak perlu kuatir! Tak ada hal yang begitu sulit sehingga tak bisa dilakukan. Kata iklan sebuah brand sepatu: Impossible is nothing! Sebagai calon atau sudah jadi creativepreneur, jadikan ini sebagai keyakinan.

Kita bisa langsung bikin usaha dan melakukan perbaikan praktek bisnis sambil jalan. Learning by doing. Yang diperlukan di awal hanya keberanian. Jangan menunggu segala sesuatunya sempurna. Ambil resiko dengan penuh keberanian. Keberanian itu gratis, kita tak perlu membayar untuk memilikinya.

Nah tunggu apalagi? Mulailah sekarang.

Senin, 14 Desember 2009

Creative Sharing di Airbrand





Creative Sharing di Airbrand Anniversary
Cafe Djadoel, 13 Desember 2009, 19.30-22.00 WIB

Senin, 10 Agustus 2009

Lupakan Sukses di Masa Lalu

Interview untuk katalog Pinasthika 2009


Ditemui di sela-sela kesibukannya di Jakarta, M. Arief Budiman (Executive Creative Director Petakumpet) menjawab beberapa pertanyaan dari tim Pinasthika tentang perkembangan agency-nya setelah meraih The Most Creative Agency Baskara dan The Most Creative Graphic Design Agency tahun 2008 lalu. Berikut laporannya:

 

Pinasthika (P): Apa kabar Mas? Lagi sibuk banget kayaknya?

 

Arief (A): Ah, biasa aja. Kebetulan saja klien yang di-handle ini sedang ada event nasional sehingga koordinasinya lebih mudah jika dilakukan di Jakarta.

 

P: Jadi pekerjaannya pindah ke Jakarta nih?

 

A: Tidak, tidak, tidak. Kita hanya mengaktifkan Representative Office kok, semua pekerjaan kreatif dilakukan di Jogja. Alhamdulillah perkembangan internet yang luar biasa telah mempermudah banyak proses kerja kita, baik via email, upload, download maupun yang lainnya.

 

P: Bagaimana pandangan Petakumpet terhadap sebuah award?

 

A: Kalau kita terbiasa menghasilkan karya kreatif dengan kemampuan terbaik kita, maka yang namanya award itu cuma bonus. Jika yang kita hasilkan mendapatkan apresiasi berupa award, itu hanya bonus. Yang terpenting adalah bahwa kita harus senantiasa bisa mengalahkan diri sendiri sebagai kompetitor terbesar, melupakan kesuksesan di masa lalu, menghasilkan sesuatu dengan lebih baik lagi.

 

P: Adakah target tertinggi dalam pencapaian sebuah award?

 

A: Standar pencapaian kreatif tentu saja selalu harus ditingkatkan. Apakah itu bentuknya Pinasthika, Citra Pariwara, Cannes Lions, Clio, ataupun Adfest Asia Pacific Adfest - itu sudah masuk dalam list kita - tapi sekali lagi bukan itu tujuannya, itu hanyalah benchmarking dari standar kualitas ataupun output kreatif kita dalam industri ini. Upaya meraih award itu sesungguhnya adalah perjuangan yang dilakukan setiap hari, tidak hanya ketika sedang terjadi kompetisi atau festival saja.

 

P: Apakah banyaknya order ini efek dari mendapatkan The Most Creative Agency tahun lalu?

 

A: Ya, Pinasthika merupakan media terbaik bagi agency manapun untuk bisa stand out, keluar dari kerumunan agency-agency lainnya dalam hal creative achievement. Saya kira tidak cuma Petakumpet, banyak agency lainnya juga mendapat manfaat terbangunnya brand agency karena pencapaian mereka yang bagus di kompetisi kreatif ini.

 

P: Ok Mas, ngomong-ngomong apa sih cita-cita Petakumpet ke depan?

 

A: Mencapai cita-cita adalah satu hal yang harus diperjuangkan, seperti misalnya di Pinasthika mendapat predikat Agency of the Year. Atau dalam jangka panjang: menjadi The Most Admired Company in The World dan jadi cover di Fortune Magazine.

 

Tapi belakangan saya tahu bahwa yang terindah itu bukan mendapatkan yang kita impikan, tapi meneruskan yang kita dapatkan kepada yang lebih membutuhkan.

 

P: Wee… dalem nih, btw setelah apa yang dicapai Petakumpet, sebenarnya mau diarahkan ke mana lagi sih Mas pencapaiannya?

 

A: Pada tahun 2006, dalam presentasi saya di final International Young Creative Entrepreneur saya pernah menuliskan: Someday Creative Industry will lead entire industry. Bahwa suatu hari nanti industri kreatif - dimana Petakumpet berada di dalamnya - akan menjadi leader bagi keseluruhan industri, sesuatu yang sampai sekarang masih jauh dari kenyataan. Tapi saya yakin bahwa perusahaan di masa depan adalah perusahaan yang mendasarkan pengembangannya pada kreativitas dan bukan sekedar pada teknologi atau backbone yang lain. Karena kreativitas adalah kunci bagi perusahaan untuk mampu memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat.

 

P: Setiap perusahaan mengalami naik dan turun kan ya Mas. Apa yang menjadi bahaya terbesar bagi Petakumpet?

 

A: Yang paling berbahaya bagi sebuah perusahaan yang sedang berkembang adalah merasa bahwa kesuksesan itu mudah didapat, kesuksesan itu take it for granted, sehingga dia tidak mau mengembangkan dirinya lagi. Padahal saat kita berhasil memahami sesuatu atau mencapai sesuatu hari ini, mungkin besok pagi itu sudah basi. Jadi kita harus selalu memperbaharui pengetahuan, kemampuan, kapabilitas dan kepercayaan yang diberikan oleh klien dan masyarakat kepada perusahaan kita. Hanya dengan itu kita bisa menjadi jauh lebih baik ketimbang yang kemarin. Perusahaan yang ingin sukses dalam jangka panjang memerlukan syarat itu untuk melanjutkan perjalanannya ke masa depan.

 

P: Bagaimana dengan kompetitor? Apa pandangan Mas Arief tentang kompetisi kreatif yang semakin keras belakangan ini?

 

Saya tidak pernah berfikir kompetitor bisa menghancurkan perusahaan kita. Dari fakta yang dialami perusahaan-perusahaan besar, perusahaan itu biasanya hancur karena dirinya sendiri. Kalau kita lihat Enron, Goldman & Sachs, Citibank, AIG dan perusahaan-perusahaan besar di Amerika itu sebagian besar runtuh karena salah urus, bukan karena kompetitornya lebih kuat. Jadi yang terpenting bagi sebuah perusahaan untuk survive adalah kemampuan mengontrol manajemennya sendiri, mengontrol dirinya sendiri, karena jika itu semua bisa dilakukan dengan baik, sulit bagi kompetitor untuk bias bisa mengalahkannya.

 

P: Apa pandangan Mas Arief tentang kesuksesan?

 

A: Sebuah perusahaan mencapai kesuksesan itu bisa dengan susah payah, bisa dengan lancar, atau bahkan seperti lewat di jalan tol. Kalau kita hanya memanfaatkan kemampuan kita sendiri tanpa menggunakan daya ungkit (leverage) seperti branding, networking, dll. termasuk daya ungkit yang terbesar adalah Tuhan untuk membantu kita mencapai cita-cita, perusahaan itu akan susah payah untuk bergerak ke atas. Kesuksesan selalu harus dimaknai ulang artinya kesuksesan yang hanya ditentukan sekali lalu tercapai pasti akan mengurangi hasrat dan gairah kita untuk jadi lebih baik. Jadi setelah kesuksesan dicapai, kita harus mengulang start dari awal lagi. Pencapaian itu akan menjadi standar paling bawah, kita naikkan ke level yang lebih tinggi dan seterusnya. Kesuksesan itu bukanlah sebuah tanda titik, tapi koma.

 

P: Mas bagaimana agar kita bisa menjual ide kita dengan harga yang pantas, tentu saja mahal lebih baik kan daripada murah? He he he…

 

Syarat untuk menjual jasa kreatif kita dengan harga yang pantas ada 3 hal: yang pertama adalah dengan menunjukkan bahwa kita capable, punya kemampuan untuk mengerjakan tanggung jawab kreatif yang diberikan kepada kita. Yang kedua, mendapatkan jenis pekerjaan yang tepat yang bisa dijual mahal. Kalo pekerjaannya bikin kreatif retail dan lingkupnya lokal saja tentu agak sulit dijual mahal, tapi jika kita udah bicara konsep kreatif dan skalanya nasional bahkan internbasional malah agak aneh klo dijual murah. Yang ketiga, kita harus ketemu dengan klien yang tepat. Walaupun kita punya kapabilitas dan menangani pekerjaan yang tepat, tapi jika tidak menemukan klien yang tepat, perhargaan kreatif yang mahal akan sulit diwujudkan. Klien yang tepat adalah klien yang sudah terbiasa melaksanakan promosi dengan budget tertentu setiap tahunnya.

 

Ini juga alasan Petakumpet harus membuka kantor representatif di Jakarta.

 

P: Bagaimanakah peran agensi dalam mengedukasi masyarakat?

 

A: Peran perusahaan kreatif untuk mengedukasi masyarakat itu sangat besar. Apalagi untuk menumbuhkan creative industry dengan lebih cepat. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah memperbanyak Creative Giving. Artinya agensi yang punya kreativitas, tokoh periklanan, peraih award bahkan mahasiswa semester 1 – atau siapapun -yang mempunyai ketrampilan dan pengetahuan tertentu melakukan sharing ke lebih banyak audience, itu semua tanpa biay. Dalam waktu yang tidak terlalu lama kalau gerakan ini dilakukan oleh para pelaku industri kreatif akan membuat perubahan yang sangat fundamental dan massif untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kreativitas, agar perkembangan industri ini lebih dahsyat lagi di masa depan.

 

P: OK, terima kasih sharing-nya Mas. Udah malam nih, sampai jumpa lagi.

 

A: Sama-sama, semoga manfaat yaa…

 

Jam menunjukkan pukul 23.26, malam sudah semakin larut. Kesibukan di kantor Petakumpet Jakarta masih berdenyut. Sayapun pamit sambil teringat sebuah quote: orang-orang yang sukses itu berfikir dan bekerja keras hingga larut malam, saat yang lainnya sedang tidur pulas.

 

(Dok. Istimewa)