Minggu, 03 Agustus 2008

Pengantar Buku Jualan Ide Segar

Membangun Bisnis Ide Miliaran Rupiah Tanpa Modal

Setelah menelan bulat-bulat waktu pengerjaan hampir satu tahun, setelah melewati perjalanan berat atas nama komitmen untuk berbagi dan membuat dunia ini menjadi tempat yang sedikit lebih baik: inilah persembahan kecil saya buat Anda semua.

Buat sobat-sobat saya para entrepreneur, para calon entrepreneur, para creativepreneur, para calon creativepreneur maupun Anda yang belum tahu kelak pengin jadi apa.

Inilah sebuah catatan tentang proses membangun bisnis berbasis kreativitas yang berwujud serpihan ide dari tumpukan berkas data order, pengapnya ruang tanpa AC, kopi yang ngepul di pagi hari, inspired-nya nongkrong di toilet maupun nyamannya hembus sejuk angin gunung. Inilah potret gagasan terbaik yang mengalir dari sudut-sudut kantor, dari setiap frame foto, setiap detail goresan kuas di kanvas, setiap byte file desain, setiap lembar lay out dan final artwork.

Inilah rekaman perjalanan atas apa yang telah berhasil dan apa yang belum dari sebuah perusahaan kecil yang bercita-cita raksasa. Ini adalah uang muka kecil-kecilan atas perjalanan panjang mewujudkan sebuah perusahaan kreatif yang built to last.

Perusahaan itu bernama Petakumpet.

Petakumpet? Seperti apa kedengarannya kata ini di telinga Anda? Seperti apa bayangan di benak Anda ketika pertama kali mendengarnya? Hmmm…. Ini lucu, kekanak-kanakan, tradisional, agak unik, aneh dan berkesan nggak serius. Agak tersipu ketika saya memulai pengantar buku ini dengan awal yang nggak serius begini.

Apa boleh buat. What’s in a name, kata Shakespeare. Kita boleh berawal dari apa saja, seperti orang tua boleh menamai anaknya Imam Samudera atau Steven Spielberg: tapi hanya tindakan riil yang kita ambil yang akan menentukan apakah hidup kita ini akan berarti atau tidak.

Begitulah pijakan saat saya dan teman-teman sepakat mendirikan perusahaan kreatif ini. Jika ada yang terus bertanya dengan penasaran: kenapa sih namanya Petakumpet? Sekarang saya jawab. Tapi saya asli capek kasih jawaban sok gagah sehingga mending jujur saja.

Nama ini lewat begitu saja, nggak ngonsep sama sekali (meskipun founder-nya banyak yang dapat nilai A untuk tugas perancangan brandname). Swear! Berawal dari nama Studio Angkatan ‘94 Mahasiswa Desain Komunikasi Visual ISI Yogyakarta, nama inipun mencair dan menjadi perekat banyak elemen lainnya yang akhirnya ikut memperkuat perusahaan ini dengan berbagai keunggulan skill, kreativitas dan kecerdasannya masing-masing.

Perusahaan ini bahan jualannya adalah ide segar.

Sebuah ide - dari siapapun dia berasal - adalah buah fikiran. Ide lahir dari posisi cogito (aku berfikir) seperti yang dibayangkan Descartes. Sebuah dunia tanpa ide adalah sebuah dunia yang datar, tanpa gairah, sebuah masa depan yang tak pernah datang. Tanpa ide, kehidupan tak akan menjadi lebih baik dan dunia akan berhenti berputar.

Sebuah ide besar pada jamannya, bagi sebagian orang sering dianggap mimpi tak berdasar, bahkan kegilaan. Tapi ‘mimpi-mimpi’ inilah yang kemudian berhasil - setelah diperjuangkan dengan dedikasi, keuletan dan kerja keras - membuat kehidupan umat manusia lebih baik dari sebelumnya.

‘Mimpi’ Wright bersaudara untuk bisa terbang seperti burunglah yang membuat kita kini menikmati perjalanan Jakarta-London dalam 12 jam, sebuah waktu yang tak terbayangkan ketika yang ada hanya kapal laut. Atau ide bola lampu Thomas Alfa Edison yang mengubah ketergantungan kita pada api dan cahaya bulan untuk melawan gelap, dan malampun kini terlihat lebih indah dengan kerlap-kerlip selain bintang. Guttenberg dan James Watt-pun tetap dikenal beratus tahun kemudian, buah dari ide besarnya yang menjadi lokomotif revolusi industri.

Dalam komunikasi periklanan misalnya, sebuah ide kreatiflah yang membuat sebuah iklan bernilai lebih meskipun dikerjakan dengan teknologi yang sama, software yang sama, juga mesin reproduksi yang sama. Sebuah karya dari revolusi digital akan dapat dengan mudah dibedakan mana yang dikerjakan ‘cuma’ dengan skill dan mana yang dimulai dengan sebuah ide kreatif.

Petakumpet dibangun dengan sebuah mimpi besar: untuk menyediakan atmosfer kreatif ekstra luas bagi setiap sumber dayanya untuk mengembangkan diri, mengeluarkan kemampuan terbaiknya, juga ide-ide segarnya. Sehingga setiap output kreatif bukan hanya sekedar pemenuhan kewajiban pelayanan, melainkan hasil maksimal atas sebuah proses pencarian kreatif yang terus-menerus.

Saya membagi buku ini dalam enam bagian besar: Membangun Bisnis Ide, Menguak Isi Dapur, Menggali Harta Karun Gratisan, Jatuh Bangun Mengejar Mimpi, Serba-serbi Bisnis Ide dan Membangun Masyarakat Kreatif. Masing-masing bagiannya saya upayakan bisa secara runtut menggambarkan bagaimana proses kreatif itu berlangsung, baik yang berhubungan dengan proses inti (di dalam departemen kreatif) maupun proses pendukung (di departemen lainnya), bagaimana men-transform ide menjadi bisnis (alias mengubah fun menjadi profit) serta secara lebih luas bagaimana ide kreatif bisa berperan tidak hanya secara internal perusahaan tapi juga semakin mencair kepada masyarakat luas bahkan negara dan dunia yang kita tinggali ini.

Dalam tujuannya paling ideal, bagaimana kreativitas tak sekedar jadi dekorasi kehidupan tapi menjelma the way of thinking sekaligus the way of life. Bagaimana kreativitas mampu hadir sebagai solusi atas permasalahan kehidupan kita sehari-hari, dalam skala kecil maupun besar.

Nukleus dari buku ini, adalah mengenai upaya saya untuk berbagi keyakinan bahwa segala sesuatu di bumi Tuhan itu mungkin. Bahwa yang tidak mungkin itu hanya ada di otak kita. Bahwa impossible is nothing. Dan sesungguhnya, itulah kekuatan terbesar ide sebagai landasan bisnis kreatif: mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin, sehingga dunia kecil tempat kita bernafas ini jadi sedikit lebih baik.

Selamat membaca, semoga buku ini mampu menyalakan api kreativitas Anda.

Yogyakarta, 1 Juli 2008

M. Arief Budiman, S.Sn

1 komentar:

Fitta Astriyani mengatakan...

Nice book!
Boleh donk dpt gratisannya hehehe,
Go Creativepreneur!