www.jualanidesegar.com: Jualan Ide Segar di Filipina

Sabtu, 08 Januari 2011

Jualan Ide Segar di Filipina

Bersama Dicky Sukmana, Founder and Research and Development Suave Catalogue

Bersama Endro CN, dulu masih di British Council. Sekarang jadi Traveller dan Blogger

Bersama Jeffry Kristianto, entrepreneur dari Bali, sekarang VSO volounter

Bersama Eugene Low, founder Bombshelter Studios Malaysia

Bersama Aurelio Icasiano, Filipina

Dibaca dalam perjalanan ke Mactan oleh John Miller dari Mark Products, Cornwell

Bersama Ridwan Kamil (Juara IYDEY 2006), Founder Urbane Bandung, award winning architect, bintang iklan, fotografer handal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diskusi Bareng Penulis

20 Januari 2009 di MMTC Jogja
21 Februari 2009 di KMDGI di UNS Solo
28 Februari 2009 di Bogor
14 Maret 2009 di ITS Surabaya
28 April 2009 di ISI Jogja
2 Mei 2009 di Radio Prambors Jogja
6 Mei 2009 Zoom In ADGI Jakarta Chapter
5 Mei 2009 Workshop Creativepreneur di UIN Jakarta
14 Mei Marcomm Workshop Indosat Kalimantan di Balikpapan
15 Mei 2009 di PPPI Pengda Lampung
16 Mei 2009 di Young Creative Fest Univ. Lampung
17 Mei 2009 di Seminar Public Speaking for CEO, ITS di Mojokerto
1-3 Juni Juri Kompetisi Senirupa (Diskomvis) SMP/SMA Tk Nasional di Jogja
4 Juni 2009 di Aducation Diskomvis ISI Jogja, Gallery Coral Jogja
19 Juni 2009 di Bicara Film, Teater Salihara Jakarta
20 Juni 2009 Juri Caraka Festival Kreatif di Semarang
29 Juni 2009, P4TK Yogyakarta
14-15 Juli 2009, UPN Veteran Yogyakarta
1 Agustus 2009, AIDC 2009, FGD Expo Jakarta
27 Agustus 2009 Penguji Tugas Akhir di Poliseni Jogja
24 Oktober 2009 Speaker Breakout Session Pesta Blogger 2009
25 Oktober 2009 Creative Sharing Playon Creadtive Semarang
13 November 2009, Juri National Student Contest 'Creative Marketing' UGM Jogja
10 September 2009 di UIN Jogja
20 November 2009, Talk Show Creative Marketing, Manajemen UGM Jogja
25 November 2009, Talk Show Jualan Ide Segar, Radio SSFM & AMA Surabaya
30 November 2009, Kuliah Umum UK Petra Surabaya
12 Desember 2009, Seminar Kreatif di FSMR ISI Jogja
13 Februari 2010 The Real Case of Creative Strategy CWMC PPPI - Dentsu di Yogyakarta
26 Februari 2010 Creative in You, JEC Yogyakarta
12 Maret 2010 Talk Show Pameran Buku Ikapi JEC Jogja
20 Maret 2010 Universitas Negeri Medan
25 Maret 2010 The Art of Presentation Ubaya Surabaya
27 Maret 2010 The Real Case of Creative Strategy CWMC PPPI - Dentsu Semarang
29 Maret 2010 di Univ. Atma Jaya Yogyakarta
17 April 2010 di Univ. Negeri Lampung

Tentang Penulis

Panggilannya Arief, lengkapnya M. Arief Budiman. Lahir di Rembang, 21 Maret 1975. Hobi menggambar dan baca buku, kadang masih sempat menulis artikel dan beberapa potong puisi, di sela-sela kesibukannya bermimpi. Katanya, pekerjaan paling indah itu bermimpi dan pekerjaan paling berarti adalah mewujudkan impiannya.

Bermodal feeling, hijrah ke jogja 1993 dan ‘ngicipi’ kuliah 1 tahun di Fakultas Pertanian UGM. Alumnus Diskomvis FSR ISI Yogyakarta 1994 yang - karena alasan kesulitan ekonomi - terpaksa cumlaude ini dikutuk menjadi Mahasiswa Teladan Tingkat Institut dan Wisudawan Terbaik 1999. Duka yang berlanjut, karena sampai saat ini ia tak pernah menggunakan ijazah sarjananya itu. Ia sempat terpilih menjadi Finalis International Young Creative Enterpreneur of The Year (IYCEY) 2006 & 2007.

Mimpinya untuk membangun Petakumpet menjadi The Most Admired Company in The World dan jadi cover Fortune Magazine dimulai dengan membeli majalah bisnis internasional itu tiap terbit, dengan eceran.

Perusahaan kreatif yang didirikan bersama teman-teman seangkatannya di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta itu terpilih sebagai The Most Creative Agency di Pinasthika Ad.Festival 2003, 2005 dan 2006. Petakumpet juga terpilih sebagai 9 Finalis UKM Terbaik se-Indonesia dalam Dji Sam Soe Award 2006. Di tahun 2007, Petakumpet memperoleh Cakram Award untuk kategori The Best Print Ad. Di 2008, Petakumpet terpilih kembali sebagai The Most Creative Agency Baskara dan The Most Creative Graphic Design Agency.

Saat ini masih tinggal di Jogja, meskipun hampir tiap minggu wira-wiri ke Jakarta. Di sini dia hidup nyaman dengan tetap menjadi ndeso tanpa rasa bersalah apalagi malu, tanpa harus ikut-ikutan bergaya sok kota yang penuh gengsi. Memboroskan jiwa raga, katanya memberi alasan.

Ahh, dasar wong ndeso!